Weekend
tanggal 24 sampai 26 oktober 2014 aku
mudik loh. Dan aku berusaha untuk menyelesaikan semua urusan ku disolo.
Harapannya adalah tentu saja rehat sejenak dari keriuhan kampus dengan seabrek
rutinitas dan rapat organisasi. Aku mulai lelah. Saatnya aku kembali pulang,
menengok kampung halaman tercinta.
Ceileh...
But,
aku sampai kampus di hari Jumat disodorkan oleh kenyataan bahwa aku harus
membuat paper tentang Sosiologi Organisasi. Padahal niatnya aku sehabis kuliah
langsung cus ke depan kampus, nyari bis pulang deh. Ternyata aku harus
mengerjakan ini dulu. Belum lagi dengan baca, diskusi, rekam, transkrip yang
tiap minggu itu. Otomatis aku pulang bawa buku.
Dan,
seharusnya pelajaran yang aku dapat dari semester 1 dan 2 harus aku
ingat-ingat. Saat kamu pulang kampung kau tidak akan sempat membaca buku, ada
aja yang harus kamu lakukan. Apalagi aku, yang kembali dalam keadaan keluarga
repot untuk mengerek padi. Kamu tahu mengerek? Mengerek itu adalah merontokkan
padi untuk diambil gabahnya. Dan itu dilakukan disawah yang sangat panas. Dan
aku harus turun gunung juga, untuk membantu.
Orang-orang
dari pagi hari sudah ke sawah. Aku sebagai
anak perempuan harus menyiapkan logistik untuk mereka. Untuk makan siang
aku harus mengirim. Aku harus memasak sayur sop, menyambel dan menggoreng telur
dadar. Aku yang tidak pernah masak selama di kos, harus masak. Itu tak jadi
soal. Aku dulu juga sering masak. Dulu tapi.
Aku
dihadapkan pada dapur yang sederhana. Bisa dikatakan aku harus kembali ke
beberapa tingkat lebih awal dalam kebudayaan jika aku kembali ke rumah. Tiada
kompor, tiada mesin apapun yang akan membantu ku. Ibuku masih memakai tungku
yang terdiri atas dua bolongan untuk tempat panci atau wajan. Tentu saja,
dengan bahan bakar kayu. Aku menarik nafas lega, karena ada kayu yang mudah
terbakar. Biasanya ibuku memakai kayu tebu, hasil dari limbah perkebunan tebu
di dekat rumah. Jika pakai kayu tebu, ampun deh. Benar bisa menyala, tapi tak
bisa tahan lama apinya. Harus selalu ditunggui.
Untuk hal ini aku harus mengucap syukur. Beneran deh, kayu yang mudah
terbakar ini sangat membantu pekerjaanku.
Dan
dengan cepet-cepet takut orang-orang mulai lapar, aku menyelesaikan ritual
memasakku. Jam 8 pagi semua sudah siap. Iyes. Aku mandi dan siap-siap ke sawah,
dan meluncurlah aku ke sawah sekitar jam setengah 9. Di sawah aku kebagian
memasukkan padi-padi yang telah rontok ke dalam karung. Banyak banget
perasaanku. Aku bisa memasukkan sekitar 10 sak. Iyyew.. itu sampai jam 12
siang. Aku istirahat dan tidur di bawah pohon nangka yang ada di sawahku. Babe
ku pun sering mengejek ku, kulit wajahku yang biasanya kuning langsat, sekarang
jadi merah kayak orang bule. Gosong karena terik matahari mungkin yaa..
Ya
begitulah. . kehidupanku. Aku jarang sekali dipapar oleh teriknya matahari.
Sekali terkena terik matahari di persawahan, kulitku jadi merah gosong. Apapun
itu, aku mulai menyadari, mencari uang dan mendapatkan pangan tidak semudah
yang aku bayangkan. Butuh kerja keras, juga keistiqomahan. Kadang aku merasa
jenuh saat menghadapi gabah yang tidak ada habis-habisnya (perasaanku). Tapi, ya itu tadi, bosen itu bisa dikalahkan
ato enggak tergantung kita. Kalau aku bosen dan pulang, ya aku enggak dapat
apa-apa...
Yang
di sawah untuk mengerek padi adalah kami sekeluarga. Ada bapak, ibu, mas nur,
aku dan mbah e. Biasanya ada tetangga yang bekerja membantu untuk kami,
entahlah, ini musim gae, alias musim banyak-banyaknya pekerjaan, jadi tidak ada
yang bersedia. Semua sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Jadi, sak candak e
wae. Sak bare.
Dan
aku akan kembali pada hari senin tanggal 27 Oktober besok. Saat aku kembali ke
Solo, masih banyak yang harus dikerjakan oleh ibu di rumah. Yaitu mengeringkan
gabah itu supaya berkurang kadar airnya dan bisa dijual dengan harga yang lebih
mahal jika dibandingkan dengan gabah yang masih agak basah. Dan itupun tidak
mudah, konsekuensinya aku yang kuliah jauh, tidak bisa membantu pekerjaan
lanjutan itu, hanya bisa mendoakan dan berusaha yang terbaik, kuliah dengan
baik, berorganisasi dengan baik dan tentu saja berusaha mencari pekerjaan part
time. Harapannya semoga bisa. Aamiin.
Tahun
baru hijriyah lo... semangat baru ya yan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar