Hari ke 11 Ramadhan. Pagi jam 6
selesai tadarus Al-Qur’an, aku biasa memandikan kura-kura, menyemprot kaktus
dan menyirami tanaman. Ke kamar, ambil akuarium kura-kura dan kutemukan ia
sudah mengambang. Terbersit dalam pikiranku, jangan-jangan dia sudah meninggal.
Kubawa ke lantai depan kamar,
kugoncang-goncang akuariumnya, dan tak bergerak. Aku mengabari yang sudah melek
dipagi ini. Mbak kusnul dan acip. Acip malah tertawa gembira. Ah dasar.
Padahal si Kokom, nama kura-kura
itu. ia adalah hadiah sidang skripsi dari Winda, dan salah satu hadiah yang
paling kusukai karena lucu. Aku sering main ke kamarnya Winda untuk nengok
kura-kuranya. Untuk hadiah, ia membelikanku kura-kura. Memelihara kura-kura
adalah hal baru bagiku. Ia memberiku makanan ikan yang bisa digunakan untuk
makan kura-kura juga.
Sehari setelah sidang, aku dan
Winda ke pasar ikan untuk beli akuarium dan hiasannya. Jadiah si kura mejeng
dengan cantiknya di akuarium. Hiasannya ada lubang tempat sembunyi juga, cocok
lah untuk si kura.
Sejak awal, si kura hobi keluar
dari akuariumnya, pernah ia hilang dan ternyata nyelip di bawah kasur. Jangkauannya
luas. Saat aku ke Madura, ia dirawat teman-temanku dan katanya ia pingsan,
karena hobi keluar dan kelamaan tidak kena air.
Teman-teman inisiatif menutupkan
buku diatas akuariumnya dan diberi sedikit celah untuknya bernafas supaya tidak
keluar-keluar.
Saat aku pulang, aku merawatnya
dengan sayang. Hampir tiap hari airnya kuganti karena gampang keruh/ buthek. Padahal
kata Winda, gak perlu tiap hari diganti. Takut dia stress dan bingung
terombang-ambingkan gelombang air.
Pernah suatu kali, ia kujemur di
pagi hari. Supaya mendapat asupan vitamin D, tidak kututup atas biar ia bebas
bernafas dengan udara pagi yang sejuk. Aku meninggalkannnya tanpa pengawasan,
agak lama, aku ke lantai 2.
Aku tengok ia sudah tidak ada,
ternyata terjun bebas ke lantai dua dan dirawati winda, dimasukkan ke akuarium
kura-kuranya winda. Bersyukur ia masih selamat, tapi tidak banyak gerak. Aku merasa
bersalah padanya. Beberapa hari kemudian aku masih rutin memberi makan dan
memandikannya.
Kemarin sore ia sudah kumandikan.
Saat kutengok paginya ia sudah tidak bernyawa, ada pup nya juga. Airnya masih
bening. Ada beberapa analisis penyebab kematian si kura-kura.
1. Dari Acip.
Menurut acip mungkin saja ia pendarahan dalam atau syok karena jatuh dari
lantai 3 ke lantai 2. Acips pernah memelihara cupang dan jatuh dari atas
lemari, ditemukan mati juga.
2. Dari Eka (D3
Kebidanan UNS) : tidak ada yang tahu kapan kita mati, bayi aja ada yang mati
bahkan di kandungan.
3. Dari Uswa.
Mungkin efek sering kuganti namanya. Dari awalnya mey mey jadi kokom. Kan ada
tho anak kecil yang sakit-sakitan, diganti namanya eh sembuh.
4. Mungkin aku
telat kasih makan, atau air yang kuganti masih terkontaminasi air sabun.
Entahlah, yang jelas kehilangan
peliharaan menyebabkan kesedihan untukku. 20 hari sudah terlewati dengan ada ia
yang kurawat tiap hari. Dan sekarang ia sudah pergi ke alam lain.
Aku menguburkan di taman ibuk
sama acip, kukasih nisan batu putih dan kutabur bunga putih. Semoga engkau
bersenang-senang di kehidupan akhirat sana, kura-kuraku.