Saatnya
Pemuda Nusantara Bersatu untuk Menjaga Kelestarian Hutan di Kawasan Asia
Tenggara
Nuryanti
Universitas
Sebelas Maret
Hutan
menjadi sumber kedamaian dan sumber penghidupan masyarakat. Namun, jika hutan
mengalami kerusakan banyak pihak yang akan dirugikan, mulai dari langkanya
satwa-satwa liar karena rumah dan habitatnya telah rusak, hilangnya sumber mata
pencaharian penduduk, tercemarnya lingkungan akibat dari terbakarnya hutan yang
dapat mengakibatkan juga terganggunya negara tetangga. Hal ini tentu saja
terjadi karena, kiriman asap dan debu yang mengganggu kesehatan pernapasan dan
penerbangan pesawat menyebabkan banyak kerugian.
Hutan sepatutnya memang harus dilestarikan. Masalah yang banyak menjegal kelestarian hutan adalah penggundulan hutan dan kebakaran hutan. David Gabel dalam tulisannya di situs Environmental News Network (ENN) menyatakan bahwa “saat negara-negara di Asia Tenggara bergerak menuju industrialisasi dan populasinya bergerak pesat, hutan-hutan akan mengalami pengurangan lahan”.Pengurangan lahan terus terjadi dengan berbagai alasan seperti pembukaan lahan pertanian, perkebunan sawit, industri kayu, dan kebutuhan-kebutuhan manusia yang lain.Faktor ekonomi menjadi salah satu isu penting kenapa terjadi penggundulan hutan. Hutan adalah sumber kekayaan alam bagi negara karena komoditasnya bernilai tinggi.
Kebakaran hutan sering
terjadi di wilayah hutan Indonesia, yang turut mempengaruhi hubungan dengan
negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam yang juga kebagian asap
kebakaran hutan.Banyak kerugian yang harus dihitung jika terjadi kebakaran
hutan. Kerugian itu meliputi kerugian lahan pertanian, kayu, produk hutan
non-kayu, biaya pemadaman, kerusakan infrastruktur, gangguan kesehatan,
pariwisata dan transportasi, kerusakan layanan ekosistem hutan, seperti
perlindungan banjir, pengaturan air, proteksi pendangkalan, keragaman hayati
serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, emisi karbon dan penurunan produktivitas kerja.
Laporan Greenpeace
menyebutkan bahwa laju deforestasi atau perusakan hutan di Indonesia adalah
yang tertinggi di dunia mencapai paling tidak 1,9 juta hektar dalam lima tahun
terakhir, 2000 hingga 2005, jika dihitung secara konservatif sedangkan fakta di
lapangan diperkirakan dapat mencapai 2,8 juta hektar per tahun.Masyarakat
dan pemerintah negera tetanggaikut terdorong untukmemperhatikan kerusakan hutan
di kalimantan dan wilayah Asia Tenggara lainnya supaya fungsi hutan dapat
kembali seperti perannya. Kelestarian hutan sebagimana mestinya tidak cukup
diperhatikan oleh pemerintahan dan dunia internasionalsaja, namun peran pemuda
nusantara sebagai penggerak keselamatan bagi hutan juga diperlukan perannya dalam
menjaga dan merawat kelestarian hutan di wilayah nusantara.
Konservasi dan penyelamatan hutan
harus memperhatikan keadaan ekonomi masyarakat sekitar hutan yang hidupnya
sangat tergantung dari hutan. Mereka harus merasakan kesejahteraan agar tidak
merusak hutan. Salah satu solusinya adalah budi daya porang, tanaman yang bisa
tumbuh di bawah naungan pohon di hutan. Dengan begitu masyarakat sekitar hutan
akan proaktif untuk menjaga kelestarian hutan karena mereka merasakan
manfaatnya.
Porang banyak sekali terutama untuk
industri dan kesehatan, hal ini terutama karena kandungan zat Glucomanan yang
ada di dalamnya.porang (amorphopallus oncophillus) merupakan tanaman
yang hidup di hutan tropis. Tanaman yang bisa juga ditanam di dataran rendah
tersebut mudah hidup di antara tegakan pohon hutan seperti misalnya Jati dan
Pohon Sono. Termasuk tumbuhan semak (herba) yang memiliki tinggi 100 – 150 cm
dengan umbi yang berada di dalam tanah. Batang tegak, lunak, batang halus
berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal
memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi
tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/ katak berwarna
coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman Porang. Tinggi
tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah.
Umbi inilah yang akan dipungut hasilnya karena memiliki zat glucomanan.
Peran pemuda dan peneliti adalah
melakukan penelitian yang komprehensif untuk meningkatkan added value bagi tanaman porang. Porang basah biasanya dijual 3000
rupiah perkilogramnya, sedangkan bila berbentuk chips kering bisa berkisar
antara 15.000 per kilo. Apabila menjadi produk tepung bahkan bisa menembus
angka ratusan ribu. Budidaya tanaman porang baru dilakukan di pulau Jawa,
padahal di hutan daerah lain seperti Kupang, Nusa Tenggara juga ada. tanaman
ini dulunya dianggap sebagai tanaman hutan yang kurang bermanfaat. Harapannya
porang bisa menjadi salah satu jawaban atas masalah kerusakan hutan di
Nusantara berbasis pemberdayaan masyarakat.
Dan tentu saja, saat deforestasi berkurang tentu juga menciptakan
perdamaian kawasan tanpa ada asap yang mengganggu hingga ke negara tetangga.
Implementasi pelaksanaannya adalah
pemuda nusantara harus bersatu padu dalam gerakan penyelamatan hutan dengan
menggandeng pihak-pihak terkait. Untuk langkah awal bisa menggandeng mahasiswa
peneliti dan organisasi peduli lingkungan. Untuk lokasi penelitian bisa
mengambil tempat di desa Sumberbendo Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun yang
sudah memulai usaha penanaman dan pengolahan porang. Peneliti hendaknya
meneliti bagaimana mengembangkan produk olahan porang sekaligus mempelajari
kondisi-kondisi apa saja yang diperlukan agar budidaya porang bisa diterapkan
di hutan-hutan di pulau lain, misal pulau Kalimantan yang sering terjadi
bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. Budidaya porang sudah mulai
dilakukan di wilayah Madiun, Nganjuk, Wonogiri dan Kupang. Penelitian lanjutan
bisa digunakan untuk membudidayakan porang di hutan produksi ataupun di hutan
konservasi.
Setelah hasil penelitian dikaji
dengan matang, pemuda nusantara bisa menggandeng masyarakat tepian hutan dengan
penyuluhan dan pendampingan. Info-info hasil penelitian yang bisa meningkatkan
produksi porang bisa disampaikan kepada masyarakat. Masyarakat tepian hutan
biasanya adalah masyarakat pedesaan yang masih memegang teguh budaya gotong
royong. Jadi, penyuluhan bisa mudah dilakukan jika sudah mendapatkan ijin dari
pamong desa. Kerjasama yang baik antara pemuda nusantara peduli lingkungan
dengan pamong desa harus dijalin terlebih dahulu. Masyarakat pun juga harus
didampingi saat implementasi budidaya porang. Supaya apabila terjadi kekeliruan
dan kesalahan penafsiran dari teknik saat penyuluhan bisa segera diingatkan.
Kerjasama dengan perhutani perlu
dilakukan untuk penggunaan kawasan hutan sebagai lahan penanaman porang. Karena
Perhutani adalah pengelola hutan yang ditunjuk oleh pemerintah yang mempunyai
legalitas. Kerjasama dengan Perhutani adalah suatu simbiosis mutualisme karena
dengan budidaya porang juga membantu program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat) yang digagas perhutani. Masyarakat bisa menjadi mitra Perhutani
dalam pengelolaan hutan, tidak menjadi musuh karena kasus pencurian kayu.
Kerjasama juga harus dilaksanakan
dengan konsumen dan pengepul porang. Hasil olahan umbi
porang yang menjadi tepung porang, chips porang, sebagai bahan dasar pembuatan
kosmetik, obat diet, mie, kue, nuget, sosis, dan lain-Lain. Porang dapat
memberikan citarasa lebih, pangembang makanan dan pengawet alami. Jadi
kerjasama dan jaringan bisa dikembangkan ke pabrik kosmetik, pabrik obat,
pabrik mie, dan masih banyak lagi. Potensi pasar ke luar negeri pun sudah
terjalin dengan Jepang, Hongkong dan Korea. Untuk ke depannya pemuda nusantara
bisa membuat jaringan baru baik dengan negara di Asia Tenggara bahkan
negara-negara di dunia.
Budidaya porang
diharapkan bisa menjadi salah satu solusi masalah kerusakan hutan yang terjadi
di Asia Tenggara yang memiliki hutan hujan tropis. Selain itu, budidaya porang
bisa menjadi potensi pemberdayaan ekonomi untuk menghadapi Asean Economic
Commnity) karena ada nilai ekspor yang potensial. Peran pemuda nusantara untuk
ikut serta dalam pemberdayaan masyarakat guna mengajak budi daya porang
sangatlah penting artinya untuk kelestarian hutan kita. paru-paru dunia kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar