Hari rabu, tanggal 23
September 2015. Sebagian teman sudah sholad idhul adha, dan sebagiannya lagi
besok kamis. Lumayan menyenangkan idhul adha kali ini. Aku dibawa pada perasaan
euforia teman-teman sekelas yang mau mudik. Bayangkan, bu Siany yang keras
saja, mau mindah hari kuliah dari jum at ke rabu jam 11. Hal ini supaya
teman-teman bisa mudik lebih lama, rabu, kamis, jum at, sabtu dan minggu. Hari senin
pun, kuliahnya jam 12.40 guys. Betapa menguntungkan sekali liburan idhul adha
kali ini.
Euforia turut
kurasakan. Namun aku belum bisa pulang. Aku sekarang mencoba untuk kerja part
time di sebuah konter jalan surya. Baru seminggu berjalan. Dan aku belum berani
untuk minta libur empat hari. Kerja partime
dari jam 4 sore sampai 9 malam. Kadang lebih. Normalnya aku pulang sekitar jam
21.30.
Aku mencoba memahami,
bahwa tiap pekerjaan dan aktivitas pasti menuntut resikonya masing-masing. Saat
teman-teman yang lain hanya mikir kuliah, saat libur bisa pulang, aku harus
memikirkan bagaimana kerja. Karena di konter, hanya tutup pada saat tanggal
merah saja. intinya kan berarti Cuma satu hari.
Tak apa libur idhul
adha ini aku tak pulang. Walaupun dalam hati menghiba pengen pulang, bayangkan
ada waktu 4 hari dan aku enggak ambil kesempatan itu. itu
resikonya kerja.
Yups, masalah adalah
keuangan. Aku di solo hidup mengandalkan uang bidik misi yang 600 sebulan itu.
untukku saat ini itu cukup, tapi aku tahu kebutuhan semester depan akan banyak
sekali. Mulai dari KKL (desas-desus teman-teman pengen ke Bandung), PPL di
sekolah (butuh bensin dan uang fotocopy ekstra) dan KKN (bayar program dan uang
saku di daerah penempatan). Aku tak ingin memberatkan orang tua.
Aku juga sempat
berpikiran untuk belajar menulis esai dan cerpen ke mbak kalis, anak LAPMI
SOLO. Bagiku, dia adalah guidance dalam masalah literasi. Tapi dia sedang sibuk
skripsi, jadi editor dan penerjemah buku. Dia bisa mendapatkan uang dengan
ketrampilannya menulis. Akupun ingin seperti itu. tapi syaratnya tentu tidak mudah, banyak baca
buku lintas bidang keilmuan, perenungan mendalam, mencatat. kerja-kerja
intelektual sebenarnya membangkitkan minatku, tapi entah aku tak mendapatkan
keistiqomahan untuk mencari jalan dan mengasah diri.
Mungkin kerja di konter
harus aku jalani, terlepas dari jadwal kerja yang terikat. Sebenarnya aku tak
suka terikat, aku masih ingin bebas main, ke mana saja. memuaskan hasrat main
dan belajar. Tapi aku tak tahu jalan mendapatkan uang dari kebebasan main itu.
aku suka main, tapi itu tentu menghabiskan uang.
Tapi aku tetap
bersyukur. Aku pernah ngobrol santai dengan pak Nurhadi mengenai marie dan
mahasiswa KKL dari Insbruck, bagaimana mereka earn money and do traveling? Ternyata
mereka juga kerja part time, tidak minta ke orang tua. Akupun juga bisa untuk
kerja part time. Dan pada saat liburan aku ingin ke jogja, ke toko buku, borong
buku. Atau ke Pare Kediri untuk kursus bahasa Inggris atau biaya untuk ikut
kampus fiksinya pak edi Mulyono (Diva Press).
Kembali ke
kegelisahanku untuk pulang. Aku sudah berjanji pada bapak, kalau pulang pada
saat mas nur wisuda. Dia wisuda tanggal 24 Oktober 2015. I save the date.
mungkin dari gaji pertama ku aku akan membelikan hadiah untuknya. Semoga bisa.
Harapan akan membuat
hidup lebih indah. Kamu hanya perlu bersabar. Sebulan lagi. Pada saat itu aku
akan ambil jatah libur 2 hari. Karena di konter liburnya sebulan 2 kali. dan aku ingin pulang. Allah, limpahkan kesehatan dan kesempatan padaku, ya. aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar