Press
Release SS#16
Diskusi Pemenuhan Hak dan Perlindungan
Anak dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim, Ruang
Wiryo Widagdo Hotel Sunan Hari Minggu 18 Oktober 2015.
Kajian
Risiko untuk pemenuhan hak dan perlindungan anak dalam Upaya Pengurangan Risiko
Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim
Anak
sebagai komponen kerentanan dalam kajian kerentanan iklim
Materi sesi pertama diisi oleh Arif
Wibowo, M. Sc selaku kasubdit identifikasi dan analisis kerentanan perubahan
iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Terkait pembangunan dan
perubahan iklim diperlukan upaya mitigasi untuk mencegah supaya perubahan iklim
tidak terjadi secara signifikan.
Masyarakat bisa mengurangi pelepasan gas
rumah kaca dengan berbagai cara sederhana. Seperti masak memakai api
kecil-sedang, bangun pagi dan mematikan lampu lebih awal, membatasi penggunaan
ac dan aksi kecil lainnya.
Namun, sistem kita belum mendukung
perubahan menuju penghematan energi. Misalnya konstruksi bangunan kita yang
dirancang full ac di perkantoran dan hotel. Belum lagi dengan aspek kultural
masyarakat yang belum sadar hemat energi. Padahal setiap orang mempunyai
tanggung jawab sosial. “everybody have responsibility”, tutur pak Arif.
Beliau mengajarkan aksi nyata hemat
energi dengan meminta panitia mematikan sebagian lampu yang menerangi arena
diskusi. Walaupun agak remang tapi tidak mengganggu jalannya diskusi. Walaupun
tentu mengurangi kenyamanan para peserta. Seringkali kita tidak menyadari
begitu banyak energi yang kita habiskan secara sia-sia.
Kaitannya dengan anak, anak harus
diberikan pelajaran sejak dini untuk menghemat energi baik yang terbarukan
ataupun tidak terbarukan. Tujuan utama PRB-API ini adalah pembangunan
berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan iklim.
Pengembangan
Kajian Risiko Iklim Fokus Anak-Studi Kasus Kota Surabaya
Materi sesi ini disampaikan oleh
Perdinan, Phd peneliti dari departemen Geofisika dan meteorologi Fakultas
MIPA-IPB Bogor.
Beliau menuturkan tentang peta iklim di
Surabaya beberapa tahun yang mengalami perubahan dan kesiapan masyarakat dan
jajaran pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim.
Beliau menuturkan dalam setiap project
penelitian harus ada target beneficiary. Jadi ada aspek kebermanfaatan dari
penelitian yang kita lakukan bagi masyarakat luas. Dalam aspek Adaptasi
Perubahan Iklim dan Pengurangan Resiko Bencana ada saling keterkaitan.
Bagi ilmuwan, data yang digunakan dalam
analisis harus valid dan sesuai. Karena data akan menjadi acuan untuk membuat
proyeksi perubahan iklim yang terdiri dari berbagai skenario.
Kejadian bencana yang sama dapat
berakibat berbeda dikarenakan perbedaan kondisi kerentanan. Maka, masyarakat
harus mendapatkan edukasi yang cukup mengenai kebencanaan untuk mengurangi
kerentanan.
Kabupaten/Kota
Layak Anak dalam konteks Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan
Iklim
Sesi berikutnya adalah statement dari
pelaksana di lapangan, khususnya di surabaya. Dengan pembicara adalah Agus
Maryono dari Satlak PB dan Hestiana Iswari Guru SDN Sidodadi 2, Kecamatan
Simokerto, Kota Surabaya.
Kota/kabupaten layak anak adalah aksi
konkrit dari kelurahan tangguh. Untuk mewujudkan Kota Layak Anak banyak hal
yang dilakukan oleh satlak PB dan pemerintah Kota Surabaya. Mulai dari
koordinasi yang baik antar SKPD dan walikota, program inisiasi kampung arek
suroboyo, dan di sekolah dengan Sekolah Siaga Bencana.
Menurut bu Hestiana Iswari sebagai guru
SD, anak-anak juga harus dikenalkan dengan pengurangan resiko bencana. Yaitu
dengan cara membuat tim Sekolah Siaga Bencana, membuat pelatihan kebencanaan
secara berkala dan membuat jalur evakuasi jika terjadi bencana dan
mensosialisasikan pada anak. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran bagi
anak.
Oleh : Nuryanti (sahabat Gapai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar