Press Release
SS#22 Forum Masyarakat Adar dan Jurnalis
Special Session Forum Masyarakat Adar dan Jurnalis
ini adalah salah satu dari banyak rangkaian acara Peringatan Bulan Pengurangan
Resiko Bencana Nasional 2015. Acara SS#22 diadakan pukul hari Sabtu13-17, hari
Sabtu 17 Oktober 2015. Acara terselenggara di ruang Wiryo Widagdo 1, The Sunan
Hotel Solo, Jawa Tengah. Acara didukung oleh Perhimpunan Skala, Aliansi
Masyarakat Adar Nasional, Aliansi Jurnalis Independen, Planas PRB dan Disaster
Channel.
Sinergi
Masyarakat Adat bagi Penanggulangan Bencana
Sesi pertama diisi oleh Anas Radin Syarif (direktur
Dukungan Komunitas Deputi Sekjen AMAN Bidang Pemberdayaan dan Pelayanan
Masyarakat Adat) dan Rohani Inta Dewi dari Perempuan AMAN.
Mas Anas menyampaikan bahwa masyarakat adat harus
diakui hak asasinya seperti warga negara yang lain. Terkait dengan pengelolaan
alam, masyarakat adat mempunyai motivasi yang kuat untuk mengelola sumber daya
alam. Bagi masyarakat adat, bumi adalah ibu, hutan adalah nafas dan air adalah
darah bagi masyarakat adat.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh masyarakat adat
adalah pendatang yang masuk ke wilayah mereka, kerusakan lingkungan akibat
perkebunan kelapa sawit, pemiskinan dan kemiskinan dan pelanggaran HAM.
Masyarakat adat memiliki kerentanan dalam permasalahan lingkungan dan bencana
yang terjadi, namun di sisi lain mereka memiliki kearifan lokal yang bisa
menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
Mas anas juga menepis anggapan yang beredar bahwa
masyarakat adat melakukan pembakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di
wilayah Sumatra dan Kalimantan. Masyarakat adat menganggap bahwa hutan adalah
napas mereka, dan mustahil mereka malah merusak hutan. Mengenai kabut asap,
peserta diskusi dari Kalimantan Barat mewakili komunitas dayak menyampaikan
bahwa penyebab kabut asap adalah di perkebunan kelapa sawit, tanah gambut kering dibakar yang menyebabkan
asap di mana-mana.
Sedangkan Rohani Inta Dewi dari Perempuan AMAN,
sayap organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nasional menekankan peran sentral
perempuan dalam menjadikan keluarga tangguh bencana. Perempuan memiliki
kerentanan yang tinggi dalam menjadi korban dibanding laki-laki dengan
prosentase 4:1. Perempuan adat menjadi penjaga dan penyimpan pengetahuan
tentang kebencanaan dan kearifan lokal. Maka dari itu, perspektif perempuan
dalam penanganan kebencanaan harus dilakukan untuk menekan jumlah korban jika
terjadi bencana.
Rekomendasi dari acara diskusi adalah mendesak
pemerintah untuk mengusut tuntas pelaku kebakaran hutan yang menyebabkan
bencana kabut asap di Kalimantan dan Sumatra, mendesak pemerintah mencabut Hak
Guna Usaha perusahaan yang menyebabkan wilayah masyarakat adat semakin
menyempit, menghargai kearifan lokal masyarakat adat dalam penanggulangan
bencana, menggunakan pendekatan kultural dengan memakai bahasa setempat dalam
sosialisasi pengurangan resiko bencana, memberi kesempatan berserikat dan
berkumpul bagi masyarakat adat dalam menggalang kekuatan.
Sinergi
Media bagi Penanggulangan Bencana
Pemapar materi adalah Trinirmalaningrum, praktisi
media sekaligus sekjen Platform Nasonal PRB.
Pemapar materi menyampaikan bahwa media memiliki dua kecenderungan yang
harus dicapai yakni sebagai industri harus mencari untung dan menyampaikan informasi
yang penting dan harus diketahui masyarakat.
Media dalam pelaporan bencana dikritik karena
terkadang tidak manusiawi, dengan menamplkan foto-foto tragis yang menyalahi
kode etik demi berita yang sensasional. Wartawan media massa baik cetak maupun
elektronik harus mengasai materi kebencanaan didasarkan pada kode etik
jurnalisme.
Pemateri juga mengkritik rekening amal yang sering
ditayangkan oleh televisi dalam running text.
Media tidak boleh menggalang dana
karena tidak jelas akuntabilitasnya, tidak jelas disumbangkan pada siapa,
pelaporannya bagaimana, jumlah uang keluar masuk berapa dan sebagainya. Berbeda
jika ada organisasi amal yang bertanggung jawab dan media hanya memberikan
info, itu boleh dilakukan.
Pemateri juga memaparkan bahwa dampak bencana dapat
dikurangi jika tersedia informasi yang akurat, tepat dan terkomunikasikan
kepada masyarakat. Dalam hal ini Planas, Tempo dan BPBD membangun early warning
system berbasis web dengan membuat link disaster channel. Disaster channel
adalah portal berita yang tidak bikin panik masyarakat dan memberikan
penyuluhan mengenai bencana.
Oleh : Nuryanti (Sahabat Gapai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar