Yah... aku disini. Di lawang sewu, semarang. Aku disini tak
lain karena ikut rangkaian kegiatan Rakerwil IMAKIPSI. Field trip. Jika yang lain semangat dan tetap semangat
untuk mengikuti rangkaian field trip ini, aku sudah mulai lelah. Lelah fisik,
lelah pikiran. Fisikku sudah capek dengan kegiatan jalan-jalan yang menurutku
hanya memuaskan hasrat mencapai kesenangan. Tanpa ada makna yang bisa diambil.Dan
aku lihat banyak yang menikmati kunjungan ini.
Ya, banyak yang mengambil momen ini dengan lensanya. Banyak yang berfoto dan berselfie ria. Adanya tour guide, malah jadi tukang foto. Cerita dan sejarah yang keluar dari mulut mereka seperti kurang bermakna. Peduli amat, tentang pengetahuan...
Aku disini, lantai dua. Melihat sekeliling. Aku malas
berkeliling. Tempat ini untuk dinikmati keindahannya. Ya mereka benar. Tapi dengan
caraku sendiri aku bisa merasakan keindahan lawang sewu. Dengan berdiri sendiri,
terpaku mengamati sekeliling. Melihat anak yang lari-larian, ibu-ibu pengajian
yang juga ikut berwisata, anak-anak remaja usia 17 an yang membawa tongsis
untuk mengabadikan momen tanpa ada satu pun yang tidak terpotret.
Aku cukup melihat, dan aku bisa puas. Tak perlu aku ikut
rombongan yang jalan-jalan menelusuri tiap lorong. Ragaku terlalu capek untuk
itu.
Yang menjadi bahan renunganku adalah, lawang sewu adalah
bangunan buatan belanda. Dahulu dijadikan sebagai stasiun kereta api. Diberi banyak
pintu untuk memperbaiki sirkulasi udara. Mengingat situasi Indonesia yang
iklimnya tropis dan panas. Dan menurutku memang adem, lebih indah dan adem
daripada hanya dengan AC yang membuat ku sering batuk-batuk itu. Dan, pintunya
tidak persis sebanyak seribu, tapi itu adalah ungkapan dari orang Indonesia
untuk menyebut pintu bangunan ini yang banyak sekali. Ingin tahu jumlah
aslinya? Silahkan hitung sendiri
Nice to be here...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar