Resensi
Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah
Identitas
buku
Judul : Kau, Aku dan Sepucuk Angpau
Merah
Penulis : Tere Liye
Tahun
Terbit : Desember 2014
Tebal
Buku : 513 halaman
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Resensi
Buku
ini berjenis novel yangmerupakan karya fiksi pengarang Tere Liye. Ide yang
ditampilkan tentang kisah cinta diambil dari sudut pandang seorang pemuda(Borno)
yang bergonta-ganti pekerjaan. Berijazahkan SMA, tidak membuat si pemuda malu
dan gentar untuk bekerja apa saja. tiada rasa gengsi yang biasa dimiliki oleh
anak muda sekarang ini. Kisah keseharian yang bisa menjadi teladan anak muda
sekarang. Tere Liye memang biasa mengangkat hal yang biasa di keseharian,
menjadi titik perhatian yang jarang dilihat oleh orang lain. Prolog Dirangkai
dengan kisah cinta yang dibuat sedemikian misterius mengenai sosok yang
diidamkan oleh sang pemuda.
Ilustrasi
yang ditampilkan oleh cover novel ini sangat mewakili cerita. Mulai dari latar
Sungai Kapuas,ada sepit (sejenis kapal untuk angkut penumpang), dan sesosok
wanita berpayung yang menggambarkan Mei, salah satu tokoh yang ditampilkan
sangat misterius, sang pengirim angpau merah yang ditinggalkan di sepit Borno.
Kertas yang digunakan bagus dan tebal, jenis huruf yang dipakai mengesankan
mudah untuk dibaca dan dipahami.
kisah
berpusat pada Borno yang berganti-ganti pekerjaan, hingga bekerja sebagai
Penjaga Karcis di sebuah Dermaga Feri. Disana dia didemo oleh orang
selingkungan di gang sempit supaya tidak meneruskan kerjanya disana. Hingga
nasib mengantarkannya menjadi penarik sepit di Sungai Mahakam, Pontianak dan
bertemu dengan gadis peranakan cina yang menawan hatinya. Si gadis meninggalkan
sepucuk surat bersampul merah yang menjadi awal cerita.
Cerita
didukung oleh para sahabat ayahnya, Pak Tua, Andi, Ibu Borno, Koh Acong
(Pemilik Toko Kelontong), Cik Tulani (Rumah Makan) dan Bang Togar (penarik
Sepit). Mereka bisa meberikan sentuhan humor dan latar belakang yang
berbeda-beda tak menghalangi persahabatan lintas suku yang mereka jalani.
Didukung dengan kemunculan dokter gigi cantik bernama Sarah yang menjadi
pemanis cerita karena juga gambaran wanita impian. Apalagi, hubungan Borno dan
Mei selalu mengalami naik turun yang tak terjelaskan. Hingga, semua jelas di
akhir cerita novel ini. Terutama sikap Mei yang terlihat sendu dan misterius.
Bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Pengambilan
setting novel di Pontianak, interaksi dengan negara tetangga (Malaysia dan
Brunei Darussalam) terekam apik. Masyarakat akan disuguhkan bagaimana sensasi
menaiki sepit, di pulau yang terdiri atas banyak sungai. Banyak rumah penduduk
yang berada di atas sungai, cerita kecil tentang sabun tetangga yang jatuh saat
sepit lewat menggambarkan ilustrasi bagaimana masyarakat beradaptasi dengan
alam dengan memanfaatkan sungai untuk kebutuhan cuci.
Untuk
penggemar buku romantic, buku ini layak dibaca. Setting dan pemaknaan cinta
yang beragam menjadi satu sudut pandang baru untuk pembacanya. Sedang
kekurangan buku ini adalah, tokoh utama Borno, digambarkan sebagai manusia
utama, yang hampir tanpa celah dosa. Terlihat sangat baik, tak memiliki sikap
jahat. Sedang alur cerita, terlalu dipaksakan di beberapa bagian. Dan ternyata,
Sarah dan Mei yang sama-sama menyukai Borno merasa memiliki hutang budi pada
masa lalu yang membuat mereka berniat mencari Borno. Cerita cinta, seakan
settingan yang dicari dan diharapkan oleh ketiga tokoh yang menjalin affair.
Tak diceritakan tentang mantan pacar sarah, mei bahkan borno. Ending dibuat
mengambang, sengaja supaya pembaca bisa melanjutkan khayal tentang cerita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar