JURNAL
PROBLEM
MISKOMUNIKASI SOSIAL MEDIA SEBAGAI TANTANGAN MANAJEMEN ORGANISASI
Guna Memenuhi
Persyaratan Latihan Kader II (Intermediate Training) Tingkat Nasional HMI
Cabang Jogjakarta
Nama :
NURYANTI
Asal
:
HMI Cabang Surakarta
No.
Telepon : 0857 9095 4045
HIMPUNAN MAHASISWA
ISLAM (HMI)
CABANG
SURAKARTA
SOCIAL MEDIA MISCOMMUNICATION PROBLEM AS
ORGANIZATION MANAGEMENT CHALLENGES
NURYANTI
ABSTRACT
This written report is talking about
miscommunication in human comsumption of social media as reality in our daily
life. People usually talk about we live in globalization era, that sign
a cyber society. Not see the differrance of
place and time. People from
different place that so far-far away can get a good relationship and can do
comunication vice versa.
Globalization also take part in organization life.
Globalization can change social relationship include in organization. In other
hand, there are a paradoxical in our gadget and social media service. Sometimes
we meet difficulties and late to understand well what sender information mean.
Social media that people hope can help to manage communication in organization,
sometimes not send because of network
disturbance and different interpretive and of course it is disturb the cycle
and agenda in organization.
The aim of this written report are to know how people consume social media service, the
relation of social media communication to organization and telecommunication
disturbance in organization cycle of life. As we know, technology influence in
all of our life include in organization of people. The method of this research
use qualitative approach and analyzed by descriptive method. The collection of data using literature to
manage and interprete data that related with the main focused problem.
The result that is a lot of people addicted in social media as the proof of
their existence. But also it is useful in organization agenda especially in
communication. People get depend on the gadget and telecommunication service.
But in other hand, telecommunication sometimes met disturbance.
Keyword : miscommunication, social media,
communication, strategy of organization
Pendahuluan
Kemajuan
teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mendorong manusia untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada setiap kegiatannya. (Murtiyasa,
4:2008). Manusia berlomba-lomba untuk meningkatkan teknologi informasi dan
komunikasi, disisi lain manusia juga menjadi konsumen setia dari beragam produk
IT yang dikembangkannya.
Keberadaan
IT tidak bisa dipungkiri adanya. Semua didasarkan pada asumsi-asumsi yang sudah
dikenal, faktor-faktor penentu yang mungkin berperan, kemajuan dalam bidang
ilmu serta keterbatasan manusia untuk mengatasi semua itu (Sulastomo, 110:
2000). Manusia sebagai makhluk sosial
membutuhkan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai
bidang. Himpunan manusia membentuk masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling
“berinteraksi”. Merujuk pada Koentjaraningrat merumuskan bahwa masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. (Koentjaraningrat, 118:2009) .
Keberadaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi membawa pengaruh membentuk masyarakat dunia
maya (cyber society) yang keanggotaannya bisa berasal dari berbagai belahan
dunia. Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang lain menembus batas jauhnya
tempat dan memangkas durasi waktu. Jika pada zaman dahulu, komunikasi
menggunakan kentongan, burung merpati pos, layanan pos surat yang menunggu waktu yang lama untuk mencapai
tujuan, sekarang dengan keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
masyarakat dimanjakan dalam berkomunikasi.
Keberadaan
internet yang menghubungkan dunia menjadi tak terpisah, menawarkan aplikasi dan
program yang memudahkan dalam berkomunikasi dan menampilkan eksistensi diri.
Banyak layanan media yang coba dikembangkan, semisal tumblr, facebook, twitter.
Aneka mailing list yang bisa digunakan untuk mengirim pesan teks seperti Whats
App, Blackberry Messenger dan lain-lain. Berkomunikasi dengan ornag yang
berbeda pulau, bahkan berbeda negara tak perlu menembus luasnya daratan dan
lebarnya lautan, cukup dengan menelpon atau mengirimkan pesan teks via sms atau
dengan aplikasi lainnya.
Hal
senada juga diungkapkan oleh Hairus Salim yang menuturkan bahwa teknologi
membentuk gaya hidup dan kultur baru (Murtiyasa, 60:2008). Cara berhubungan
antar manusia dalam aneka hal seperti berteman, belajar, bercinta, bahkan
beragama pasti akan berbeda dengan jaman orang sebelum kita. Dia memberikan
contoh tentang pengungkapan cinta, “aku cinta kamu” pada era sekarang tidak
perlu berkeringat dingin dan bersusah payah, cukup dengan tulis apa yang hendak
dinyatakan, sambil tidur-tiduran dan pakai celana pendek, nggak perlu mandi dan
gosok gigi dan cukup tekan send dengan sekali pencet. Nyaris dengan usaha yang
sangat minimal bisa mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin. Dan bila perlu mengirim
ke beberapa orang, jika semisalnya ada peluang ditolak, masih ada yang lain
yang bisa menjadi cadangan.
Untuk
mengenal karakter seseorang, kita dimudahkan dengan adanya akun sosial media
yang dimiliki. Apa saja yang dia pikirkan, bagaimana dia mengelola emosi,
bahkan sampai kumpulan koleksi foto juga bisa ditelisik tanpa yang bersangkutan
menyadari. Hal ini dikarenakan sosial media sudah representatif dalam menampilkan
sosok dan menggantikan diri sang pemilik akun.
Teknologi
dan media sosial juga dimanfaatkan kalangan organisatoris untuk berkomunikasi
antar anggota ataupun dengan pihak organisasi lain. Komunikasi jarak jauh
menjadi kebutuhan mengingat bahwa kendala kesibukan, jarak dan waktu menjadi
penghambat dalam pertemuan organisasi dengan bertatap muka secara langsung.
Apalagi dengan adanya banyak interseksi keanggotaan seserang dalam berbagai
organisasi maupun pranata sosial. Hal ini tentu memerlukan komunikasi yang
berkualitas, efisien, hemat waktu dan tenaga.
Dalam
organisasi manapun ada faktor kepemimpinan yang menjadi salah satu tolok ukur
definisi organisasi. Keberhasilan kepemimpinan dalam organisasi bergantung pada
kemampuan pemimpin , menjabarkan kebijakan/policy organisasi dan ide-ide
sendiri ke dalam pengertian –pengertian praktis, yang bisa dipahami dan dapat
dilaksanakan oleh para pengikut atau bawahannya. Maka dari itu, komunikasi yang
efektif dan terbuka akan memudahkan penjabaran kebijakan tersebut; sekaligus
juga memberikan fasilitas kelancaran kerja. (Kartono, 122:1992).
Maka
dari itu, dalam suatu organisasi apapun itu menuntut adanya faktor manajemen
yang bagus dan kuat sebagai salah satu pilar berjalannya organisasi. G.R Terry
dalam buku Principle of management menyatakan beberapa definisi orang lain,
sebagai berikut :
a.
“the
force that runs an enterprise and is responsible for its success or failure
(kekuasaan yang mengatur suatu usaha, dan bertanggung jawab atas keberhasilan
atau kegagalan daripadanya)”
b.
Management
is the performance of conceiving and achieving desired results by means of
group efforts consisting of utilizing human talents and resources (manajemen
adalah pengelenggaraan usaha penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan
dengan menggunakan upaya-upaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat
dan sumber daya manusia)”
c.
“management
is simply getting things done through people (secara sederhana , manajemena
dalah melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu dengan menggunakna tenaga orang
lain)”
Masih mengutip pendapat G. R Terry
menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi empat peristwa yang disingkat
dengan P.O.A.C, yaitu :
1.
Planning
(perencanaan)
2.
Organizing
(pengorganisasian)
3.
Actuating
(Penggerakan, aktualisasi)
4.
Control
(pengawasan)
Dalam prinsip komunikasi dan manajemen
kita nampaknya perlu untuk menengok Jepang. Modernisasi gaya Jepang tidak
menampakkan kecenderungan ke individualisme. Juga tidak menampakkan wajah
meningkatnya kejahatan. Bahkan sebaliknya, modernisasi di Jepang diwarnai
dengan kegotongroyongan dan solidaritas.
Hal ini ternyata menumbuhkan masyarakat
Jepang modern yang lebih efisien, seperti yang juga dikatakan oleh seorang
diplomat Jepang, Ichiro Kawasaki, dalam bukunya Japan Unmasked, Jepang secara individual tampak tidak efisien,
tetapi 10 ornag Jepang yang bekerja bersama akan lebih efisien dibanding dengan
10 orang lain dari negara manapun. (Sulastomo, 79: 2000)
Maka
tak bisa dipungkiri bahwa efisiensi bisa didapatkan dengan adanya organisasi
yang teratur dan terencana. Dimana komunikasi yang lancar sangat menentukan
dalam keberhasilan organisasi. Kadangkala komunikasi tidak bisa berlangsung
dengan lancar. Komunikasi yang tidak lancar dapat menimbulkan banyak dampak
buruk, antara lain :
1.
Timbulnya
sentimen-sentimen, prasangka-prasangka dan ketegangan-ketegangan di kalangan
anggota organisasi
2.
Memunculkan
konflik-konflik diantara bermacam-macam tingkatan dalam organnisasi garis atau
organisasi model piramidal
Kesulitan
dan ketidaklancaran dalam komunikasi dapat disebabkan oleh :
1.
Faktor
waktu, yaitu berbeda waktu berkumpul dan bekerja, shift work,
2.
Faktor
ruangan bekerja dan belajar yang berbeda-beda,
3.
Sistem
pembagian kerja dan tugas yang tidak memungkinkan semua anggota kelompok dapat
bertemu bersama-sama (Kartono, 122:1992)
Masyarakat dan kalangan organisatoris
dewasa ini sangat mengandalkan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin
maju dan canggih. Mereka memiliki ketergantungan yang besar terhadap teknologi.
Komunikasi yang menjadi kebutuhan manusia menjadi celah pasar yang sangat
menggiurkan bagi produsen jaringan telekomunikasi.
Dasar Teori
Dasar
teori ibarat pisau analisis yang
digunakan untuk membedah permasalahan. Teori yang digunakan untuk menganalisis
adalah berdasarkan teori konsumsi Jean Boudrillard. Mengingat bisnis komunikasi adalah salah satu
kebutuhan vital sekaligus juga produk konsumsi yang menggiurkan bagi
konsumennya, yakni masyarakat. Komunikasi sebagai kebutuhan adalah manifestasi
dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial, dimana dia membutuhkan orang
lain dalam kehidupannya di dunia. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain. Dengan kata lain, manusia tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhannya
sendiri.
Jean
Baudrillard
(Reims, 20 Juni 1929–Paris, 6 Maret 2007) adalah seorang
pakar teori kebudayaan, filsuf, komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Perancis. Karya
Baudrillard seringkali dikaitkan dengan pascamodernisme dan pascastrukturialisme. Ia merupakan
seorang teoritisi sosial pasca-struktural terpenting. Dalam lingkup tertentu
dekade 1980-an, Baudrillard dikenal sebagai McLuhan baru atau teoritisi
terkemuka tentang media dan masyarakat dalam era yang disebut juga posmodern.
Teorinya mengenai masyarakat posmodern berdasarkan asumsi utama bahwa media,
simulasi, dan apa yang ia sebut "cyberblitz" telah
mengkonstitusi bidang pengalaman baru, tahapan sejarah, dan tipe masyarakat
yang baru(wikipedia.org)
Dari
tahun 1986 hingga 1990 Baudrillard menjabat sebagai Direktur Ilmiah di IRIS (Institut de
Recherche et d'Information Socio-Économique) di Université de
Paris-IX Dauphine.
Ia tetap memberikan dukungannya bagi Institut de
Recherche sur l'Innovation Sociale di Centre National
de la Recherche Scientifique dan merupakan seorang Satrap di Collège de 'Pataphysique hingga
meninggal dunia. Pemikir yang satu ini teramat kontroversial seperti halnya
para pemikir seangkatannya (Derrida, Foucoult, Lyotard). Jean Baudrillard lahir
di Kota Reims, Perancis tahun 1929 – satu titimangsa penting tatkala krisis
modernitas besar pertama terjadi (the Great depression), seperti yang
dikatakannya sendiri. Orangtuanya adalah pegawai negeri sipil. Terdidik sebagai
Jermanis, ia lantas mempelajari sosiologi dan menyelesaikan tesisnya di
Universitas X Nanttere tahun 1966. Pada awal kariernya Baudrillard dipengaruhi
oleh “kritik kehidupan sehari-hari” dari Henri Levebre. Beberapa penulis
mengatakan ia juga banyak dipengaruhi oleh Nietzsche, Sigmund Freud, Jacques Lacan,
Saussure, Levi Strauss, dan tentu saja "revolusi mahasiswa" pada Mei
1968 yang menggulingkan tahta Presiden De Gaulle. Tapi itu bukan berarti ia
mengkaji secara mendalam sejarah apalagi sejarah ide-ide. Atau lebih tepatnya
ia tidak memiliki persepsi historis tentang suatu peristiwa, dan sejarah pun
cenderung ia ‘mitologisasikan’. Seperti diakuinya sendiri; I am not a
historian. I do not have an historical perception of events. But I would say
that I have a mystical reading of them and that history for me, would be a long
narrative which I tend to mythologize. (wikipedia.org)
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan jurnal ini
adalah pendekatan kualitatif yang cenderung menggunakan metode analisa
deskripstif yaitu analisa untuk mengelola dan menafsirkan data yang diperoleh
sehingga diharapkan dapat menggambarkan keadaaan yang sebenarnya dari objek
yang dikaji. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah dengan studi pustaka dengan mencari sumber pustaka yang
relevan dengan permasalahan yang ingin dibahas berupa buku-buku, artikel dan
sebagainya. Harapannya dengan studi pustaka bisa mengambil dan mengkaji
teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang dibahas, berupa tinjauan,
sintesis atau ringkasan kepustakaan tentang masalah penelitian.
Metode
ilmiah itu dikendalikan oleh garis-garis pemikiran yang konseptual dan
prosedural. Pemikiran konseptual itu berupa gagasan-gagasan orisinal dan
pemikiran prosedural itu mulai dengan observasi dan percobaan, dan berakhir
dengan pernyataan-pernyataan umum. (Brotowidjoyo 28 :1988)
Pembahasan
Ritzer memberi
pengantar pada buku Badrillard yang berjudul masyarakat konsumsi yang
menyatakan bahwa Jean Boudrillard melihat adanya simulasi dalam objek
diskusinya. Salah satu tipe yang disebutkan adalah gadget, salah satu objek,
tak berguna, terbelakang, yang mensimulasikan satu fungsi tanpa memiliki acuan
nyata dan praktis. Dengan demikian , gadget adalah bagian dari proses yang
lebih luas (pertumbuhan objek yang tiada guna dan disimulasikan) yang
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Akibatnya, seluruh masyarakat
dicurigai penuh dengan kemubadziran, artifisial dan kepalsuan. Lebih khusus
lagi, kita bertindak dengan gadget secara absurd ketimbang secara simbolis dan
utilitarian dan inipun, menjadi satu-satunya bagian dari proses yang lebih luas
karena permainan yang mengundang rasa penasaran dengan berbagai kombinasi akan
memberi ciri kepada lebih banyak lagi aspek masyarakat. Dengan kata lain, dunia
semakn didominasi oleh simulasi dan kta direduksi dengan bermain-main dengan
mereka ketimbang menggunakan mereka, atau mengkaitkan dengan mereka, secara
simbolis. (Baudrillard, xxx:2011)
Dengan kata lain gadget dan media
komunikasi adalah simulasi dari percakapan dan pertemuan yang sebenarnya.
Gadget adalah barang yang tanpa digerakkan oleh manusia tidak akan ada artinya.
Dalam bahasa baudrillard gadget adalah objek yang hanya akan mempunyai aksi
jika digerakkan oleh subjek yaitu manusia. Kita dianggap bertindak secara
absurd, tanpa makna yang menggelikan karena menganggap gadget adalah
segala-galanya. Karena hidup kita, dengan hanya melihat layar gadget seolah
bisa melipat dunia dan bisa merasakan banyak pilihan hanya dari benda kecil
yang berbentuk gadget. Masyarakat dicurigai mengkonsumsi gadget dan informasi
yang didapatkan dengan kemubadziran yang artifisial dan penuh kepalsuan.
Sekarang ini kita dihadapkan pada
kelimpahruahan. Dimana barang-barang konsumsi membanjiri pasar. Imajinasi kita
dikonstruksi lewat iklan yang menggiurkan. Imajinasi bagus dan indah yang
terbentuk menggugah sebersit hasrat untuk memiliki produk barang konsumsi yang
diiklankan. Masyarakat menjadi konsumen yang irasional. Mereka membeli barang
bukan karena kebutuhan, tetapi karena iming-iming gengsi, ngetren dan mengikuti
zaman. Begitupun dengan hardware teknologi informasi dan komunikasi yang selalu
berubah tren dan semakin canggih. Masyarakat tergiur untuk membeli, apalagi
dikemas dengan iklan menarik dan fitur yang canggih. Sering kita temui dalam
kehidupan sehari-hari orang yang mempunyai handphone dan smartphone yang lebih
dari satu. Gadget sebagai media komunikasi dan informasi yang semula kebutuhan
terkadang menjadi suatu barang koleksi.
Masyarakat konsumsi tidak hanya
ditandai oleh pertumbuhan yang cepat atas pengeluaran pribadi, tetapi juga
dibarengi oleh pertumbuhan pengeluaran yang dimainkan oleh pihak ketiga
(terutama administrasi) demi keuntungan pribadi dan yang ditujukan untuk
mengurangi kesenjangan distribusi sumber daya alam. (Baudrillard, 21:2011).
Saat seseorang menikmati smartphone, komputer, laptop dan gadget lain yang
menjadi sarana mengakses teknologi informasi dan komunikasi pasti dia akan mengeluarkan anggaran yang
lumayan besar. Selain itu juga masyarakat harus dibarengi dnegan pertumbuhan
pengeluaran yang dimainkan oleh pihak ketiga. Dimana dalam menikmati produk
teknologi ada upeti yang harus dibayarkan untuk mendapat jasa informasi yang
diinginkan. Yaitu dalam bentuk pulsa data, pulsa internet, pulsa telepon yang
berbeda macam yang tentu memerlukan pos anggaran bagi sang pengguna. Pun begitu
dengan sosial media yang banyak berkembang sekarang ini, menuntut masyarakat
untuk mengikuti tren supaya tetap dianugrahi dengan gelar up to date dan tidak
ketinggalan jaman.
Masyarakat yang besar adalah
masyarakat yang menggenggam akses pada infomasi dan komunikasi. Bahkan, semua
kalangan masyarakat berlomba untuk memiliki gadget supaya bisa terlihat gaya.
Kelimpahruahan informasi yang disajikan lewat sosial media menghasilkan
kesadaran palsu. Seakan-akan terpuaskan padahal kekurangan. Seakan-akan makmur
padahal miskin. Karena informasi yang disajikan terlalu melimpah, susah dipilah
mana yang fakta dan mana yang hanya berita sampah.
Pengetahuan dasar tentang
“kebutuhan” berhubungan dengan pengetahuan dasar tentang kemapanan dalam mistik
persamaan (Baudrillard, 44:2011).
Kemapanan identik dengan kelas borjuis dalam pembagian masyarakat
menurut Karl Marx. Nalar borjuis akan subur di basis sosial individu dan
komunitas yang mapan dan lahan-lahan borjuis untuk mempertahan kan borjuasi
kelompok-kelompk borjuis dengan menegasikan para pembebas dan pejuang lemah
yang sebenarnya. (Ridwan, 360: 2002).
Dalam organisasi, peran sosial media
sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi sangat penting adanya. Di
satu sisi, ia adalah kebutuhan yang dianggap penting oleh masyarakat pegiat
organisasi. Sebagian besar pegiat
organisasi adalah sektor kelas menengah ke atas (borjuis) yang sudah menyelesaikan
proses urusan pribadi. Namun, teknologi yang dipuja-puja sebagai lambang
seseorang telah beradab dan memasuki fase melek teknologi, juga mengandung sisi
paradoks. Dimana, masih ada fenomena miskomunikasi yang dialami dalam kehidupan
berteknologi.
Fenomena miskomunikasi adalah fenomena
yang menggejala yang menyebabkan terganggunya komunikasi. Bisa karena dari
faktor operator penyedia layanan, perangkat keras yang hang karena terlalu lama
dipakai, tidak mempunyai pulsa, faktor sinyal yang buruk dan sebagainya. Banyak
hal yang bisa mengganggu kelancaran komunikasi terutama melalui media sosial.
Terlebih jika diterapkan dalam suatu organisasi yang terdiri atas latar
belakang yang beragam. Hal ini tentu sedikit merepotkan mengingat tidak semua
orang memiliki perangkat yang stand by setiap saat. Pun, Tidak semua orang
menyukai aktif di sosial media.
Miskomunikasi dengan aneka sebab
menjadi salah satu tantangan dalam implementasi manajemen organisasi berbasis
TIK terutama sosial media. Dikarenakan, organisasi dalam manajemennya bisa
memanfaatkan teknologi dan media sosial yang dipunyai oleh para anggota. Namun,
harus ada batasan dimana pertemuan langsung face to face harus dilakukan.
Mengingat, teknologi hanya mentransfer informasi dan nir emosi. Padahal kedekatan
emosi antara satu orang dengan orang yang lain dalam organisasi sangat
diperlukan.
Penutup
Masyarakat
konsumsi yang dianalisa oleh Jean Baudrillard adalah kenyataan yang harus
dihadapi masyarakat. Konsumsi terutama konsumsi sosial media dan perangkat
penunjangnya menjadi fakta sehari-hari yang tak terbantahkan. Bahkan, manajemen
organisasi sudah mulai melirik pemanfaatan sosial media dalam prosesnya. Namun,
pemanfaatan sosial media juga menemui paradoks dengan adanya miskomunikasi,
baik karena gangguan telekomunikasi ataupun karena sedang perbedaan penafsiran
antara pengirim dan penerima pesan.
Pemakaian sosial media dalam
kehidupan strategi manajemen organisasi hendaknya dilakukan dengan bijak.
Mengingat efisiensi, sosial media bisa menjadi solusi. Namun, ada kalanya
pertemuan rutin face to face harus ditradisikan dan dilestarikan. Mengingat
dalam pertemuan rutin, manusia bisa menangkap emosi dan membangun kedekatan
moral dengan sesama anggota organisasi.
Daftar Pustaka
Brotowidjoyo,
Mukayat D. 1988. Penulisan Karangan
Ilmiah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo
Ridwan,
Nur Khalik 2002. Pluralisme Borjuis:
Kritik atas Nalar Pluralisme Cak Nur. Jogjakarta : Galang Press
Murtiyasa,
Budi dkk. 2008. ICT, Demokrasi dan
Transformasi Sosial Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika
Sulastomo.
2000. Prediksi Perubahan Global.
Jakarta: Penerbit Kompas
Kartono,
Kartini. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Baudrillard diakses pada 9
Februari 2015
Baudrillard,
Jean. 2011. Penerj Wahyunto. Masyarakat
Konsumsi. Jogjakarta: Wacana Kreasi
Koentjaraningrat.
Pengantar Ilmu Antropologi. 1985.
Jakarta: Rineka Cipta
Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
CALON PESERTA
LATIHAN KADER II
TINGKAT NASIONAL
HMI CABANG
YOGYAKARTA
NAMA LENGKAP :
NURYANTI
TEMPAT, TANGGAL LAHIR : MADIUN, 30 DESEMBER 1994
ALAMAT : DESA TULUNG RT 01/01 KECAMATAN
SARADAN KABUPATEN MADIUN
ASAL CABANG : SURAKARTA
ALAMAT EMAIL : nuryantichan@gmail.com
ALAMAT FACEBOOK : Nuryanti
NO HANDPHONE : 0857 9095 4045
PENGALAMAN PENDIDIKAN
SD :
SDN TULUNG 02
SMP :
MTs N TULUNG
SMA :
MA FATWA ALIM TULUNG SARADAN
S1 :
PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PENGALAMAN ORGANISASI
INTERN HMI : ANGGOTA
EKSTERN HMI : STAF DIVISI JARINGAN DAN AKSI BEM
FKIP UNS
ANGGOTA
UKM PENALARAN LSP FKIP UNS
PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
INTERN HMI : LATIHAN KADER 1
EKSTERN HMI : -
MOTTO :
WHERE THERE IS A WILL. THERE IS A WAY
SURAKARTA, 8 FEBRUARI 2015
HORMAT
KAMI
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar