Pada suatu kali, aku pernah
mengantarkan temanku konsul dosen BK, sekalian aku nebeng ke perpustakaan
pinjam buku literatur untuk skripsian. Hampir pukul 12 kala itu. Jadi aku
santai saja ketika ia masuk ke prodinya agak lama. Karena masih istirahat siang
petugas perpusnya. Aku tidak bisa ikut dia, dari kos aku pakai sandal jepit.
Kenapa aku pakai sendal jepit
kala itu? tidak lain tidak bukan karena kalau di perpus kita bebas
berpenampilan apa saja. Perpus dipusatkan dari semua fakultas, jadi tidak
dibuat aturan harus berbaju rapi dan bersepatu (seperti di fakultasku). Aku tipikal
orang yang mengutamakan kenyamanan, kalau pakai sepatu, mmm. Ribet, sumuk.
hehehe
Karena destinasi pertama adalah
ruang prodi BK, aku menunggu di luar, tepatnya di di pinggir jalan antara
gedung E dan gedung C. Tak bawa hp kala itu. tidak ada hiburan, di pinggir
jalan banyak orang berseliweran. Aku ngetem disitu sering ditatap oleh orang
yang lewat.
Merasa tak nyaman, aku pindah
tempat. Di tempat yang tidak ada orang memandangku dengan tanda tanya, sedang
apa kamu ngetem disana. Lalu dimanakah tempat yang cocok, sambil kalau si Uswa
nyariin bisa menemukan aku dengan mudah.
Di seberang jalan ada vihara
kampus. Tidak ada kegiatan disana. Iseng-iseng aku melongok isinya. Kosong, hanya
ada matras kecil, digunakan untuk semedi mungkin ya.
Di samping vihara ada kran air,
aku mencuci tangan disitu. Ruangan dikunci, jadi aku cukup melihat dari jendela
kacanya saja.
Dari vihara seberang jalan aku
melihat lalu lalang kendaraan, mereka semua punya kepentingan untuk
berlalu-lalang seperti itu. mereka, para pemotor itu, tidak saling mengenal,
tapi rame-rame di jalan, untuk mencapai tempat tujuan masing-masing. Tidak saling
mengenal, tapi sama-sama memanfaatkan jalan.
Aku juga melihat pedagang jajanan
yang mendorong gerobaknya, karena jalanan berupa turunan, si bapak tidak
terlalu ngoyo untuk mendorongnya. Di dekat motor Uswa yang kubawa, ia berhenti
sejenak. Memandang sekitar, Mungkin ada calon pelanggan yang bisa ditawari,
begitu mungkin dalam pikirannya. Aku tidak membawa uang sepeserpun, jadi tidak
bisa beli jajan. Lalu ia melanjutkan perjalanan.
Kulihatjuga seorang mahasiswi
yang menunggu lama, berdiri di dekat jalan masuk ke gedung E, sendirian, sambil
main hp cukup lama. Ternyata ia menunggu abang gojek,si abang mengira mbak
costumer masih ada di dalam, dan ia menunggu di dalam. Kulihat dari ekspresi
mereka berdua, mungkin seperti itu percakapannya.
Kulihat juga beberapa mas-mas
yang membawa tas cukup tinggi dan berbaju hitam-hitam. Kukira mereka mau
touring bersama, setelah kawan yang ditunggu telah tiba, mereka berlalu.
Ada juga satu mas-mas yang
menunggu seseorang. Tak berapa lama, ada dua orang perempuan yang berboncengan
berhenti di dekat si orang pertama. Perempuan yang dibelakang turun, dan naik
ke boncengan orang pertama yang kuceritakan. Kukira, si mas adalah pacar mbak
yang dibonceng, dan diminta menjemput. Mbak tadi mengira masnya gak bisa, jadi
minta tolong temannya untuk mengantar ke kos atau ke kampus. Lalu mereka
berlalu.
Kala itu aku lagi selo saja,
dalam posisi menunggu, tanpa bawa hp ataupun buku. Jadi bisa mengamati
orang-orang. Hanya berteman kontak motor uswa, yang bergantungan kunci berupa
papan skateboard. Jadilah aku mengamati lingkungan sekitar, mikir kemana-mana. Melihat
daun pohon beringin yang jatuh karena sudah kuning, angin dan gravitasi bumi. Melihat
lalu lalang motor, memikirkan ternyata di alam semesta ini, aku hanya, butiran
debu. Kecil, dibanding mekanisme alam semesta yang dicipta sang Kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar