Minggu, 16 Februari 2014

hujan ini...



Hari minggu. Aku bahkan belum keluar sedetik pun dari kos hari ini. Jam 14.37. hujan turun lumayan deras di luar. Hari ini hari ketiga, dari hujan abu Gunung Kelud yang besar melanda berbagai kota. Termasuk juga Solo. Alhamdulillah, sekarang hujan, seperti biasa lagi. Mungkin ini hikmah hujan abu, hujan air yang selalu kita lihat sudah jadi barang biasa. kita tak pernah mensyukurinya. Sekarang harus bersyukur dong, bisa membersihkan abu yang menempel di genteng dan jalanan kota. Subhanallah, Allah memang Maha Kuasa, tanpa kuasa Allah lewat hujan, kapan kita menghirup udara bersih bebas debu lagi? Kapan kita akan membersihkan genteng-genteng dari debu?. Pasti sulit ya. Maka dari itu, kita harus bersyukur pada Allah. 

Kini hujan. Dan aku di kos, bertahan dikos di kamarku yang bocor. Padahal kamar lain enggak. Memilih kamar kos, suatu keberuntungan mungkin. Tapi di sisi lain menuntut aku dan mbak nurul untuk lebih sabar dan sabar lagi. Mbak nurul adalah teman sekamar ku. Anak ilmu dan teknologi pangan angkatan 2012, jadi semester 4.

Aku mengetik ini, diselingi dengan memeras kain yang menahan air hujan yang masuk kamarku. Di dinding aku melihat ada tujuh air terjun kecil. Air membentuk garis lurus, seperti wataknya air mencari tempat yang lebih rendah. Aku tak tahu apa yang terjadi di balik eternit kamarku, yang jelas kalau dilihat dari sini, eternit itu masih utuh, apa mungkin bocor di atasnya ya? Entahlah aku pun tak tahu.

Aku sudah lapor pada pihak yang berwajib, dalam hal ini adalah mbak Nurul Hidayah, atau yang akrab kami sapa dengan mbak Enha. Mbak Enha adalah ketua kos. Disini kami hidup mandiri dalam binaan mbak kos, tidak tinggal serumah dengan ibu kos. Jadi tidak bisa langsung protes. Sabar tunggu sampai waktunya. Mbak Enha menyuruh aku mengambil langkah praktis, ambil ember, taruh kain di bawah rembesan, kalau sudah mulai basah, air diperas di ember. Sementara ini hanya itu yang bisa aku lakukan. 

Beberapa hari yang lalu, mbak Nurul ngajakin beli cat penahan bocor, Aquaproof atau apa lah namanya itu. Tapi melihat posisi rembesannya yang membasahi dinding, bisa jadi kan lubangnya besar. Posisinya sulit dicat. Pastinya sulit juga mengecat kamar. Ini sudah masuk semester baru pula, tugas-tugas akan semakin banyak. Hingga kami tak sempat untuk mengecat. Tak sempat mengecat? Tunggu dulu, Emang bisa to? Wah itu juga patut dipertanyakan. Hehehe. Hingga akhirnya rencana itu terlupakan. 

Hidup dalam tholabul ilmi kuliah butuh perjuangan yang tidak mudah ya... Allah menakdirkan aku disini. Berteman dengan kamar bocor, berbagi suka duka dengan teman-teman. Tapi enaknya aku jadi punya banyak teman akrab sekos, kami selalu saling membantu. Bagai keluarga sendiri. 

Aku teringat rumah, pak’e dan mak’e. Di rumah kalau hujan juga bocor sih. Tapi tak sampai membuatku agak nelangsa kayak gini. Di rumah, lantainya tanah, jadi tanpa harus ditampung airnya. Tapi kalau disini kan pakai tegel, jadi air gak bisa langsung meresap ke tanah. Alhasil, harus ditampung.

Aku inget mbak Nina. Kalau aku kuliah di Unej Jember pasti aku tidak mengalami hal ini. Tidak-tidak, aku harus fokus dan bersyukur. Allah sudah menentukan takdirku disini, jadi inilah yang terbaik di sisi Allah.  Jadi aku juga harus memberikan respons positif terhadap takdir Allah dengan do my best!!! Aku suatu saat akan ke Unej Jember, yakin, InsyaAllah... untuk menengok mbak Nina sekeluarga. Semoga aja Allah memberikan kesempatan dan kemudahan, supaya liburan semester dua nanti aku bisa main ke Jember. Aamiiin.

February, 16th 2014
Dari kamar juangku tercinta,
diuji dengan air yang masuk tanpa permisi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial