Senin, 13 Oktober 2014

kesemsem Jurgen Habermas



Hari senin.  hari Senin kegiatan perkuliahan dimulai. Hari efektif tidak hanya untuk mahasiswa, tapi juga untuk pegawai instansi dan juga anak sekolah. 

Biasanya banyak orang yang membenci hari senin. Karena apa? Karena hari Senin adalah hari dimana rutinitas akan dimulai. Bagiku, hari Senin adalah hari yang memusingkan kepala. Hari untuk mengerjakan tugas dubbing untuk mata kuliah teori sosiologi kritis dan postmodern. Tugasnya adalah membaca bab 2 teori Kritis Jurgen Habermas karangan Thomas Mc Carthy. Lalu diskusi kelompok, diskusinya direkam lalu ditranskrip. Buku terjemahan itu sukses membuatku pusing dan agak migrain selama sekitar 6 hari ini. Sejak hari Jum’at kemarin dibagikan, mulai kubaca tiap lembarnya. Hingga sekarang pun belum khatam kumemahami isinya.




Huft  hari ini aku gandrung dengan Jurgen Habermas. Nama habermas sukses mengalihkan duniaku. Kenapa iya? Karena bapak atau kakek umur 85 tahun itu membuat aku tergila-gila untuk mengetahui pemikirannya dalam teori kritis. Well, mungkin nama Habermas dalam seminggu ini akan menjadi nama yang paling sering kusebut selain nama Allah dan nabi Muhammad yang kupanjatkan dalam doa dan sholawat. Nama Jurgen Habermas akan selalu kusebut hingga aku bisa mengetahui apa sebenarnya kontribusi dia bagi ilmu kritis. Serius, aku akan menyebut nama itu hingga aku tahu apa yang dia cetuskan.

Dimanapun, di kos kubaca fotokopian yang memuat tulisannya. Di lab sosant akupun menyempatkan membuka kertas itu. Di BEM apalagi di shelter. Hampir semua tempat telah menjadi tempat aku mencintai Habermas. Semua orang tahu kok, aku sangat kesemsem dengan dia.

Kamu tahu apa yang dilakukan oleh orang kesemsem? Dia akan melakukan apapun untuk mencuri perhatian dari orang yang telah membuatnya kesemsem. Termasuk mencoba mengkepoin pemikirannya lewat tulisan-tulisannya. Yah, walaupun itu susah aku akan terus berusaha hingga bisa. Selain baca juga nanya sama teman yang menurutku lebih paham.

Tidak hanya aku kok yang merasakan susahnya memahami pemikiran Habermas. Tapi banyak juga teman-teman yang punya gejala dan efek samping gara-gara terlalu kepo dengan Habermas. Si nuris sampai migrain, koyim sampai mausuk angin. Lucu ya.. mahasiswa kalau kesemsem sama tokoh, sampai ada efek sampingnya.

Ngendikane pak Nurhadi, jika kamu pusing berarti kamu menagalaim proses berpikir. Maka bersyukurlah masih pusing. Berati itu artinya otakmu masih berkerja. 

Pak Habermas, ijinkan aku untuk mencurahkan perasaanku. Aku sangat mengapresiasi pemikiran panjenengan. Walau sangat susah. Terima kasih sudah membuat saya migrain. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial