Rabu, 15 Oktober 2014

Membaca buku terjemahan ituuu




            Kalau boleh dibilang, semester tiga ini lebih susah dibandingkan 2 semester yang lalu. Jika kemarin hidup serasa flat-flat aja. Datar jarang ada fluktuasi, berbanding terbalik dengan semester  3 ini. Aktivitas organisasi meningkat, banyak skala prioritas yang harus dikorbankan, banyak resiko yang diambil, termasuk ijin enggak masuk kuliah. Kadang juga bolos, demi sesuatu ilmu yang kadang menurutku lebih penting dari kuliah.

            Semester 3, merupakan titik balik sebenarnya. jika semester 1 masih malu-malu, semester 2 baru masuk organisasi kampus, dan semester 3 menjadi pengurus dan anggota. Bayangkan, dulu yang masih ingusan. Sekarang sudah diberi tanggung jawab dan wewenang untuk mengurus. Dan aku ikut BEM, Komadiksi Smart dan LSP. Untuk organisasi eksternal aku ikut HMI. Belum lagi nanti aku ingin ikut PMII. Banyak harapan sebenarnya, bisa ikut yang lain. Tapi sudahlah, aku akan belajar juga untuk sabar mengendalikan diri. 


gambar bersumber darisini



 Semester 3 ini aku ingin juga mengasah skill penelitian. Tidak hanya di organisasi dengan segala keriwehannya tentang administrasi. Aku juga ingin mengembangkan pikiran dengan penelitian dan diskusi. Aku ikut penelitian dosenku. Pak Nurhadi. Kemarin aku diajak untuk menemani mahasiswa austria yang sedang KKL / field work di daerah Mojosongo. Darisana aku bisa mengembangkan jaringan. Bahkan, aku masih sering chat dengan salah seorang mahasiswa disana. Dengan partner kerjaku pas penelitian lapangan di Mojosongo.

            Semua menguras emosi. Kuliah yang meningkat intensitasnya. Apalagi kuliah pak nurhadi yang menerapkan metode yang harus baca buku, didiskusikan, direkam, lalu ditranskrip dan dipresentasikan, itu sangat melelahkan dan menjemukan. Kami benar-benar dicekoki untuk mencari ilmu sendiri, tidak hanya mendengarkan dosen ceramah. Mencari sendiri ilmu itu di dalam buku terjemahan asli dari pengarangnya. 

            Cuma satu dosen sih yang seperti itu, tapi itu sudah sangat melelahkan. Tapi aku harus kuat dan sabar. Jika aku kuat menghadapi tantangan ini, maka semuanya akan menjadi lebih baik lagi. Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambaNya.

            Maka, akhirnya, ditulisanku ini, aku hanya ingin menyemangati kita semua. Semangat. Lelah nii kamu yang memilihnya. Saaat kamu lelah, cobalah untuk  sedikit tersenyum. Nah gitu. Gimana rasanya. Lebih baik kan? Ada masalah disenyumi aja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial