Rabu, 22 Oktober 2014

Kamikaze mawar Jepang



Kamikaze , pilot yang sangat terhormat dalam logika berpikir masyarakat di Negara jepang saat perang dunia ke dua. Kamikaze bukanlah hal yang main-main. Karena pilot kamikaze adalah pilot yang siap mati untuk negaranya. Mereka bertugas untuk menjatuhkan bom ataupun menabrakkan pesawat mereka ke arah sasaran. Dalam hal ini adalah apapun yang berbau dengan perang dan musuh. Mereka bisa saja menabrak sasaran kapal yang membawa amunisi, menabrak pada pesawat lain atau bisa apapun itu. Mati adalah tujuan mereka. Jika misi mereka gagal dan masih hidup setelah melakukan misinya, maka mereka akan dimasukkan dalam camp shinbu yang sangat menyakitkan nurani. Karena mereka akan dicaci maki dianggap sebagai pecundang yang mengenaskan karena takut mati. Padahal ada banyak alasan kenapa pilot kamikaze tidak jadi mati, salah satunya adalah kendala teknis. 


Novel Mawar Jepang karya Rei Kimura ini sangat menggugah nurani. Bagaimana penggambaran perang dunia kedua yang mengantarkan Jepang menuju kekalahannya. Hal yang membuat aku sangat merinding adalah, mereka datang ke medan perang, bertempur, dimana pertumpahan darah adalah keniscayaan. Dan masyarakat jepang sebenarnya percaya, dalam perang siapapun yang menang, mereka semua akan tetap kehilangan. Ada harga yang mahal untuk menebus dan keluar dari perang. Korban nyawa, harta dan kehormatan berceceran di kedua belah pihak. Tapi masyarakat adalah komponen besar yang berdaya kecil, mereka hanya bisa merefleksikan diri tanpa bisa berbuat. Karena militer punya caranya sendiri untuk membenarkan tindakannya.

Novel dengan tokoh utama Sayuri. Seorang perempuan yang nekad menyusup menjadi kamikaze. Kamikaze adalah pilot yang berani mati, dan sebagian besar adalah orang yang punya nyali walau tak punya kompetensi. Maka ada camp/pangkalan khusus untuk belajar menjadi pilot kamikaze. Dan peraturannya adalah, pilot harus laki-laki. Dan dia seorang perempuan. Tentu dia melakukan penyamaran, hingga dia bertemu dengan Takushi yang menawan hatinya. Niat awal adalah misi ravenge, balas dendam akibat kematian sahabat dan adik tercinta yang dibunuh oleh Amerika.

Kisah ini membuat aku pilu, sahabat bernama Reiko yang kehilangan tunangannya akibat perang, Reiko yang kehilangan nurani dan menjadi binatang hanya demi sepeda, karena kehilangan kekasih membuat dia kolaps dan merasa tidak perlu lagi yang perlu diperjuangkan. bagaimana ketakutan ornag tua ditinggalkan oleh anak-anaknya yang berangkat ke medan perang. Bahkan, orang tua itu sadar akan hidup lebih lama dibandingkan anak-anaknya. Yang sewaktu-waktu bisa saja meninggal dalam pertempuran.

Entah apa yang diperjuangkan mereka dalam perang. Kejayaan dan rasa nasionalisme yang berkobar? Huft.. apalah arti nasionalisme itu? Mereka bahkan sangat merasa bangga bisa menjadi bala tentara dan serdadu. Untuk melayani kaisar dan demi bangsa.

Beruntungnya diriku yang hidup di jaman yang merdeka. Tidak ada pertumpahan darah dan situasi yang mencekam itu lagi. Membaca novel ini membuat aku merinding. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang masih memberiku kebebasan dan kemerdekaan diri. Aku tak sanggup membayang kan hidup dalam suasana perang. Aku tak sanggup membayangkan jika, nasionalisme menuntut rakyat yang harusnya disejahterakan malah berdarah-darah dalam perang untuk membuktikan rasa cintanya pada tanah air.

Namun, aku sekarang berpikir, Jepang yang luluh lantak akibat perang dunia kedua 65 tahun yang lalu, sekarang bangkit dan menjadi macan asia yang tetap disegani oleh Amerika dan sekutunya. Sedangkan Indonesia? Yang merdeka dengan lumayan ayem tentrem kenapa sekarang masihlah menjadi negara berkembang?

Setiap orang jepang, sebagaimana orang Jerman dan Italia mereka pasti merasakan  betapa pahit dan getirnya masa perang, apapun yang membuat mereka teringat oleh tragedi kemanusiaan paling menyebalkan itu, sebisa mungkin mereka akan menghindarinya.

Nah, jadi mengerti dengan sikap Tim dan Fabian yang enggan untuk membaca Mein Kampf karangan Hitler yang melegenda itu. Tim dan Fabian, walaupun tidak mengalami masa-masa gelap itu, sebagaimana aku, mereka telah dibekali dengan sejarah bangsa dan keluarga yang menceritakan masa buruk itu.

Anehnya, kenapa aku tak merasa memiliki keengganan terhadap satu hal? Aku biasa saja dengan sejarah  penjajahan belanda yang disampaikan di depan kelasku. Sejak aku SD, hingga aku sekarang duduk di bangku kuliah. Aku tidak pernah merasa sebel, jika kebetulan aku menemui hal-hal yang berbau penjajahan pada masa silam. Misalnya jika melihat bangunan kuno milik belanda, benteng Vastenburg di Jogja ataupun rel kereta api/lori... i just see it, without feeling uncomfort.

Apalagi keluarga juga kurang menceritakan tentang tragedi penjajahan itu. Bagiku, sejarah pada masa dulu hanyalah sekedar runtutan angka tahun, hafalan nama tokoh dan peristiwa. Seharusnya pelajaran sejarah menjadi refleksi diri menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi nyatanya, sekarang masih hanya sebatas dongeng pengantar tidur. Ah, apa mungkin pelajaran sejarah di sekolah kita telah kehilangan ruhnya?

Entahlah... namun, seingatku pelajaran sejarah telah menjadi sangat menjemukan.

1 komentar:

  1. http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/12/sinabung-erupsi-lagi-warga-terancam.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/12/ronaldo-barcelona-terlalu-buruk-untuk.html
    http://kreasimasadepan441.blogspot.com/2017/12/penonton-piala-dunia-2018-bisa-ke-rusia.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At vipkiukiu .net ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM

    BalasHapus

Kelompok Sosial