Minggu, 23 Februari 2014

Bis Mogok



Hari ini aku prepare pulang ke madiun. Jam setengah dua an aku udah sampai kos.  Beli gorengan untuk oleh-oleh. Trus prepare apa aja yang mau kubawa pulang. Lalu aku ke kamarnya lanti, fisika 2013. Dia lagi nonton film drama korea berseri. Judulnya endless love. Gak tau aku sejak kapan virus demam korea mampir ke kos Pondok Madani. Lanti, nyuruh aku nunggu 12 menit, menyelesaikan episode yang dia tonton. Ya udah deh, aku tiduran di kasurnya dia. Nunggu.

Setelah selesai filmnya, dia nganterin aku deh ke depan kampus. Dengan motornya, Vega R merah. Lalu, aku pamit deh ke lanti. Aku ngetem di halte depan kampus, enggak berapa lama, bis Sugeng Rahayu jurusan jogja, solo madiun surabaya  dengan gambar ikan paus di badannya lewat, ada mbak-mbak yang berdiri dan naik. Akupun ikutan masuk. Alhamdulillah, dapat kursi. Setelah bayar dipotong kartu langganan aku bayar 16.500. karena aku ngantuk, sekitaran jam 2 kan jamnya ngantuk, aku langsung merem. Aku sama mbak-mbak yang naik bareng aku tadi nggak sederet. Kami beda deret, jadi gak bisa kenalan.



Bisnya meluncur. Aku udah merem tuh, gak berapa lama mesinnya mati. Ac bis ikut mati. Penumpang masih duduk tenang di bis, menunggu. Aku nanya ibu di sebelahku. What’s happen,? ternyata mesinnya rusak. Bisnya mogok tepat depannya pabrik sidomuncul. Penonton ups bukan , penumpang yang sudah kegerahan, satu per satu mulai turun. Aku pun ikut turun. Aku duduk di deket ibu-ibu. Kutanyain aja, bu kalau oper bis kita nanti bayar lagi nggak to? Jawab ibunya sih enggak. Kita yang rugi kan  kalau bayar lagi. Akupun membenarkan ibu itu. Aku rugi banget pasti, soale baru beberapa meter nih, dari kampusku.

Menunggu agak lama. Jam 2 an, jamnya anak sekolah pulang. Jadi banyak bis yang lewat., tapi udah penuh. Aku membayangkan, pasti nanti bakalan bejubel banget. Aku pasti  berdiri. Ngeri juga membayangkan. Bis oper ada yang berhenti. Penumpang berebut naik. Bis yang mogok tadi, penumpangnya hampir penuh, jadi orangnya banyak. Aku gak keangkut bis itu. Saking udah bejubelnya.

Menunggu bis kedua, aku ngajak ngobrol mbak yang tadi naik bareng aku di halte depan kampus. Kami kenalan, mbaknya anak MIPA. Ikut ekstra Biro AAI sama HMJ. Kenalannya dari kos PM mbak Dian sama mbak Leni. Wah, dunia itu kecil ya,... ada aja yangdia kenal. Trus aku bilang aja, aku kemarin jadi PPF di MIPA. Sama mbak Maya, mbak Sofi de el el. Eh mbak nya kenal juga. nama mbak’e itu mbak Galuh, D3 Teknik informatika semester akhir, skripsi udah selesai, tinggal ngurus wisuda ini mau pulang ke rumahnya di Maospati Magetan. Aku tanyain aja, pernah naik bis yang mogok di jalan gini mbak? Alhamdulillah baru pertama dek. Kalau bisnya nggak mogok, pastinya gak kenalan sama dek yanti kan?

Wah pernyataan mbak Galuh langsung mak jleb di hati. Aku yang tadi menggerutu terus, jadi malu sendiri, mbak Galuh aja bisa mengambil hikmah dari bis mogok ini. Kok aku malah kesel sendiri ya.. bener juga, kalau bisnya gak mogok, pasti gak bisa kenal mbak Galuh. Soalnya tadi di Bis aku sama mbak Galuh beda deret kursi. Bis kedua datang. Aku sama mbak Galuh mendekat ke bis. Aku masuk lewat pintu belakang bis. Mbak Galuh mencoba naik lewat pintu depan yang banyak orangnya. Aku tengok ke belakang mbak Galuh belum naik bis. Eh aku udah didorong dorong terus supaya segera masuk. Aku gak melihat mbak Galuh naik bis ini. Aku jadi merasa bersalah udah naik bis duluan, pasti mbak Galuh nungguin bis ketiga yang lewat. Maaf ya mbak..

Aku harus berdiri. Bis ini penuh. Overweight mungkin. Kelebihan beban. Aku tetep bismillah. Jarang aku menaiki bis yang sepenuh ini. Setidaknyaa ini sudah yang kedua. Naik bis yang super duper penuh dulu aku sama bapakku. Waktu mau ke solo aku udah mau kuliah, besoknya mau ada osmaru, bawa barang banyak, bertepatan sama H+6 ato tujuh lebaran pokoknya. Jadi bisnya penuh dengan orang yang mau balik ke kota Jakarta ato Jogja. Dulu aku sama bapakku, aku aja mabuk. Dan ini aku sendiri. Bismillah, aku udah gede sekarang. Aku disini sendiri. Aku hanya punya Allah yang aku mintai pertolongan. aku ingat mamakku dan mbak Nina, perbanyak baca sholawat kalau lagi dalam perjalanan. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad.. wa ‘ala ali sayyidina Muhammad..

Teman., did you know posisi aku? Aku di tangga di dekatnya pintu belakang bis.  Berdiri di undakan tangga. Berpegangan sama pegangan pipa besi kuning yang biasanya digunakan orang untuk berpegangan waktu orang mau turun dari bis. Aku gak bisa bergerak. Semua full orang dan barang. Hujan. Gerimis. Aku  melihat air yang mengalir dari jendela bis. Air itu mengalir, enggak berhenti di satu tempat. Satu tetes air yang ada di atas, perlahan-lahan turun kebawah. Aku pun berfikir, keadaan yang sulit ini tidak selamanya. Pasti ada akhirnya.

Lama juga aku berdiri, tas ransel dari mbak tutik, yang aku isi laptop dan buku perpustakaan, yang tadinya berat. Jadi semakin terasa ringan. Aku sentuh-sentuh tasku. Kayaknya isinya masih utuh, kenapa ringan ya? Apa punggungku udah mulai terbiasa. Ato udah kecapekan? Entahlah.. yang aku lakukan hanya terus bersabar dan bersholawat. Di dekatku, ada mbak-mbak yang juga berdiri, dia minta kresek ke bapak kernet. Bapak kernet kreseknya di depan. Reflek aku mencari kresek yang aku bawa dari solo, di tempat yang bisa diraih dengan mudah oleh tanganku. Di samping tas, tempat air minum. Aku kasihkan mbaknya.

Aku akuin deh, aku juga mabuk’an. Jadi aku bawa persediaan. Kresek. Kenapa aku kasihkan mbaknya? Kalau aku muntah gimana? masyaAllah. Mbaknya lebih membutuhkan. Aku enggak boleh berandai-andai. Aku terus bersholawat, tentu aja situasi ini enggak enak tapi aku harus kuat, enggak boleh mabuk perjalanan hanya pasrah kepada Allah.

Bis mogok itu tak pernah kuprediksikan. Aku berfikr, naik bis, lalu tidur di atas bis. Karena aku ngantuk banget. Hari ini lumayan memeras pikiran. Tiba-tiba bisnya macet, dan aku oper bis. Dan aku disini. Berdiri hingga sragen. Ya Allah beri aku kekuatan...

Aku negok ke belakang. Ada bapak-bapak berseragam pink-pink tak tahu itu seragam apa, di tambah dengan jaket hitam nanyain aku. mbak kamu tujuannya mana? Aku buka masker yang menutup hidung, bilang caruban. Bapaknya nyuruh aku duduk. Aku awalnya nolak. Bapak itu dulu yang dapat tempat kok.  bapak itu bilang kamu ngantuk mbak, takutnya kamu nanti nggoleng di bis. Jadi duduk aja sini. Ya udah aku nurut bapaknya. Aku duduk. Di bagian paling belakang bis, jadi kalau bisnya menghantam polisi tidur atau masuk ke bolongan, aku pasti terlonjak dari kursi. Tak apalah, aku harus bersyukur bisa duduk. Yang lainnya masih banyak yang berdiri. Terima kasih buat bapak itu, walaupun tidak kenal mau baik hati memberikan tempat duduk nya untuk aku. hanya Allah yang bisa membalas kebaikan bapak. Aamiin.

Aku tiba di terminal madiun hampir magrib. Sms mas nur deh, aku gak enak juga sih, mau magrib minta tolong dijemput di saat keadaan orang mau sholat gini. Mas nur sms, dia sholat di Masjid Ngepeh. Dekat tempat turunku. Alhamdulillah, saat aku turun di Bis, dia udah sampai di pertigaan tempat aku turun. Langsung deh pulang.

Tuh kan bener, keadaan yang sulit yang kualami di bis tadi akan segera berlalu. Dan nyatanya emang berlalu. Maka aku bisa menyimpulkan, bila diberi kelonggaran oleh Allah berupa kebahagiaan jangan terlalu larut di dalamnya, sebab ituakan berlalu jua. Bila diberi kesempitan dengan keaddaan yang menyedihkan, jangan terlalu larut juga, karena keadaan itu akan segera berganti. Sedih dan enang selalu berjalan bergantian.

Sedih dan senang selalu berjalan bergantian, karena itulah roda kehidupan. Yag terpenting selalu ingat kepada Allah sang pemilik zaman.

Pengalaman ku naik bis hari ini,
20 februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial