Senin, 30 Juni 2014

Selalu ada Hikmah

hari ini adalah hari ketigaku di Jember. liburan mungkin. terutama libur dari aktivitas organisasi dan aktivitas kuliah. yang jelas bagiku tidak ada kata libur untuk menggali inspirasi dari apapun yang kulalui. dan aku menginsyafi, bahwa kalau tak kugoreskan pena di atas kertas, atau tak kugoreskan tangan di atas tuts keyboard, inspirasi apapun akan menguap di telan oleh waktu. karena aku sadar, ingatan ku sebagai manusia ada banyak batasnya.

aku ada di salah satu kamar di rumah mbak Ninna dan Pak Sholeh di Griya Mangli nomor 24-D Jember. hari ini sangat kusyukuri, karena apa, aku sangat lama sekali belum bisa silaturahmi, dan hari ini kesampaian. setelah sekian lama, setahun yang lalu, aku tes SBMPTN di sini.

mbak Ninna punya banyak buku, dan aku meminjam salah satunya, Moga Bunda Disayang Allah, karangan Tere Liye, salah satu penulis novel favoritku.







di dalam buku ini bercerita tentang seorang bernama kak Karang, dia yang frustasi karena pernah kecelakaan kapal, memandang sendiri 18 anak yang meninggal, belum mampu ia selamatkan. hingga hal itu membuatnya menjadi hilang arah dan tujuan, 3 tahun lamanya sejak kejadian itu, ia menjadi pemabuk dan tak peduli pada orang lain.

di lain cerita, ada anak bernama melati, anak berusia 6 tahun, dia anak satu-satunya tuan HK, seorang konglomerat yang baik hati, ditemani oleh Bunda, istrinya. Melati saat berusia 3 tahun mengalami kecelakaan saat berlibur di kepulauan Makronesia, terkena Brisbee, yang mengakibatkan hilangnya penglihatan dan pendengarannya. kesulitannya untuk melihat dunia dan seisinya, membuat ia tak punya kosa kata selain baaa dan maaaa.

ya, dia terputus dari dunia luarnya.

dan, akhirnya, karang bertemu dengan melati, hingga akhirnya karang menemukan cara untuk mengajak melati berkomunikasi.


sangat susah proses untuk menemukan cara berkomunikasi dengan melati. dan dengan kisah ini, aku mengambil satu ibroh yang sangat mendalam. bahwa Allah tidak pernah menciptakan produk gagal. yang sering terjadi adalah kita sebagai manusia yang gagal dan bebal belum menemukan hikmah dari setiap kejadian. rumusnya, pertama Tuhan tidak pernah salah, kedua kalau kamu mengira Tuhan salah, maka lihat hukum pertama.

sesederhana itu, dengan segala keterbatasan melati yang susah untuk diajar. ternyata dia menyimpan banyak potensi, dia adalah anak yang cerdas. kulit tangannya amat peka dan bisa digunakan untuk berkomunikasi. disitulah matanya dan telinganya.

dan, saat aku membalik halaman terakhir buku ini, ternyata kisah dalam novel ini diilhami oleh kisah hidup Hellen Keller, seorang tuna netra dan tuna rungu yang bisa belajar hingga universitas dan menjadi tokoh dunia. dia belajar dengan metode Tadoma. metode tadoma apa? searching dulu... ini ilmu baru.. hehe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial