Kamis, 02 Oktober 2014

di Lawang Sewu



Yah... aku disini. Di lawang sewu, semarang. Aku disini tak lain karena ikut rangkaian kegiatan Rakerwil IMAKIPSI. Field trip.  Jika yang lain semangat dan tetap semangat untuk mengikuti rangkaian field trip ini, aku sudah mulai lelah. Lelah fisik, lelah pikiran. Fisikku sudah capek dengan kegiatan jalan-jalan yang menurutku hanya memuaskan hasrat mencapai kesenangan. Tanpa ada makna yang bisa diambil.Dan aku lihat banyak yang menikmati kunjungan ini. 


Ya, banyak yang mengambil momen ini dengan lensanya. Banyak yang berfoto dan berselfie ria. Adanya tour guide, malah jadi tukang foto. Cerita dan sejarah yang keluar dari mulut mereka seperti kurang bermakna. Peduli amat, tentang pengetahuan... 

Aku disini, lantai dua. Melihat sekeliling. Aku malas berkeliling. Tempat ini untuk dinikmati keindahannya. Ya mereka benar. Tapi dengan caraku sendiri aku bisa merasakan keindahan lawang sewu. Dengan berdiri sendiri, terpaku mengamati sekeliling. Melihat anak yang lari-larian, ibu-ibu pengajian yang juga ikut berwisata, anak-anak remaja usia 17 an yang membawa tongsis untuk mengabadikan momen tanpa ada satu pun yang tidak terpotret. 

Aku cukup melihat, dan aku bisa puas. Tak perlu aku ikut rombongan yang jalan-jalan menelusuri tiap lorong. Ragaku terlalu capek untuk itu. 


Yang menjadi bahan renunganku adalah, lawang sewu adalah bangunan buatan belanda. Dahulu dijadikan sebagai stasiun kereta api. Diberi banyak pintu untuk memperbaiki sirkulasi udara. Mengingat situasi Indonesia yang iklimnya tropis dan panas. Dan menurutku memang adem, lebih indah dan adem daripada hanya dengan AC yang membuat ku sering batuk-batuk itu. Dan, pintunya tidak persis sebanyak seribu, tapi itu adalah ungkapan dari orang Indonesia untuk menyebut pintu bangunan ini yang banyak sekali. Ingin tahu jumlah aslinya? Silahkan hitung sendiri

Nice to be here...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial