Kamis, 17 September 2015

Mudik Solo Madiun dan Erek Padi



Weekend tanggal 24 sampai 26 oktober  2014 aku mudik loh. Dan aku berusaha untuk menyelesaikan semua urusan ku disolo. Harapannya adalah tentu saja rehat sejenak dari keriuhan kampus dengan seabrek rutinitas dan rapat organisasi. Aku mulai lelah. Saatnya aku kembali pulang, menengok kampung halaman tercinta.  Ceileh...

But, aku sampai kampus di hari Jumat disodorkan oleh kenyataan bahwa aku harus membuat paper tentang Sosiologi Organisasi. Padahal niatnya aku sehabis kuliah langsung cus ke depan kampus, nyari bis pulang deh. Ternyata aku harus mengerjakan ini dulu. Belum lagi dengan baca, diskusi, rekam, transkrip yang tiap minggu itu. Otomatis aku pulang bawa buku. 

Dan, seharusnya pelajaran yang aku dapat dari semester 1 dan 2 harus aku ingat-ingat. Saat kamu pulang kampung kau tidak akan sempat membaca buku, ada aja yang harus kamu lakukan. Apalagi aku, yang kembali dalam keadaan keluarga repot untuk mengerek padi. Kamu tahu mengerek? Mengerek itu adalah merontokkan padi untuk diambil gabahnya. Dan itu dilakukan disawah yang sangat panas. Dan aku harus turun gunung juga, untuk membantu.

Orang-orang dari pagi hari sudah ke sawah. Aku sebagai  anak perempuan harus menyiapkan logistik untuk mereka. Untuk makan siang aku harus mengirim. Aku harus memasak sayur sop, menyambel dan menggoreng telur dadar. Aku yang tidak pernah masak selama di kos, harus masak. Itu tak jadi soal. Aku dulu juga sering masak. Dulu tapi.

Aku dihadapkan pada dapur yang sederhana. Bisa dikatakan aku harus kembali ke beberapa tingkat lebih awal dalam kebudayaan jika aku kembali ke rumah. Tiada kompor, tiada mesin apapun yang akan membantu ku. Ibuku masih memakai tungku yang terdiri atas dua bolongan untuk tempat panci atau wajan. Tentu saja, dengan bahan bakar kayu. Aku menarik nafas lega, karena ada kayu yang mudah terbakar. Biasanya ibuku memakai kayu tebu, hasil dari limbah perkebunan tebu di dekat rumah. Jika pakai kayu tebu, ampun deh. Benar bisa menyala, tapi tak bisa tahan lama apinya. Harus selalu ditunggui.  Untuk hal ini aku harus mengucap syukur. Beneran deh, kayu yang mudah terbakar ini sangat membantu pekerjaanku.

Dan dengan cepet-cepet takut orang-orang mulai lapar, aku menyelesaikan ritual memasakku. Jam 8 pagi semua sudah siap. Iyes. Aku mandi dan siap-siap ke sawah, dan meluncurlah aku ke sawah sekitar jam setengah 9. Di sawah aku kebagian memasukkan padi-padi yang telah rontok ke dalam karung. Banyak banget perasaanku. Aku bisa memasukkan sekitar 10 sak. Iyyew.. itu sampai jam 12 siang. Aku istirahat dan tidur di bawah pohon nangka yang ada di sawahku. Babe ku pun sering mengejek ku, kulit wajahku yang biasanya kuning langsat, sekarang jadi merah kayak orang bule. Gosong karena terik matahari mungkin yaa.. 

Ya begitulah. . kehidupanku. Aku jarang sekali dipapar oleh teriknya matahari. Sekali terkena terik matahari di persawahan, kulitku jadi merah gosong. Apapun itu, aku mulai menyadari, mencari uang dan mendapatkan pangan tidak semudah yang aku bayangkan. Butuh kerja keras, juga keistiqomahan. Kadang aku merasa jenuh saat menghadapi gabah yang tidak ada habis-habisnya (perasaanku).  Tapi, ya itu tadi, bosen itu bisa dikalahkan ato enggak tergantung kita. Kalau aku bosen dan pulang, ya aku enggak dapat apa-apa...

Yang di sawah untuk mengerek padi adalah kami sekeluarga. Ada bapak, ibu, mas nur, aku dan mbah e. Biasanya ada tetangga yang bekerja membantu untuk kami, entahlah, ini musim gae, alias musim banyak-banyaknya pekerjaan, jadi tidak ada yang bersedia. Semua sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Jadi, sak candak e wae. Sak bare.

Dan aku akan kembali pada hari senin tanggal 27 Oktober besok. Saat aku kembali ke Solo, masih banyak yang harus dikerjakan oleh ibu di rumah. Yaitu mengeringkan gabah itu supaya berkurang kadar airnya dan bisa dijual dengan harga yang lebih mahal jika dibandingkan dengan gabah yang masih agak basah. Dan itupun tidak mudah, konsekuensinya aku yang kuliah jauh, tidak bisa membantu pekerjaan lanjutan itu, hanya bisa mendoakan dan berusaha yang terbaik, kuliah dengan baik, berorganisasi dengan baik dan tentu saja berusaha mencari pekerjaan part time. Harapannya semoga bisa. Aamiin. 

Tahun baru hijriyah lo... semangat baru ya yan..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial