Minggu, 13 September 2015

Review Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah



Resensi Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah

Identitas buku
Judul               : Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis             : Tere Liye
Tahun Terbit    : Desember 2014
Tebal Buku      : 513 halaman
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama

Resensi
Buku ini berjenis novel yangmerupakan karya fiksi pengarang Tere Liye. Ide yang ditampilkan tentang kisah cinta diambil dari sudut pandang seorang pemuda(Borno) yang bergonta-ganti pekerjaan. Berijazahkan SMA, tidak membuat si pemuda malu dan gentar untuk bekerja apa saja. tiada rasa gengsi yang biasa dimiliki oleh anak muda sekarang ini. Kisah keseharian yang bisa menjadi teladan anak muda sekarang. Tere Liye memang biasa mengangkat hal yang biasa di keseharian, menjadi titik perhatian yang jarang dilihat oleh orang lain. Prolog Dirangkai dengan kisah cinta yang dibuat sedemikian misterius mengenai sosok yang diidamkan oleh sang pemuda.


Ilustrasi yang ditampilkan oleh cover novel ini sangat mewakili cerita. Mulai dari latar Sungai Kapuas,ada sepit (sejenis kapal untuk angkut penumpang), dan sesosok wanita berpayung yang menggambarkan Mei, salah satu tokoh yang ditampilkan sangat misterius, sang pengirim angpau merah yang ditinggalkan di sepit Borno. Kertas yang digunakan bagus dan tebal, jenis huruf yang dipakai mengesankan mudah untuk dibaca dan dipahami.

kisah berpusat pada Borno yang berganti-ganti pekerjaan, hingga bekerja sebagai Penjaga Karcis di sebuah Dermaga Feri. Disana dia didemo oleh orang selingkungan di gang sempit supaya tidak meneruskan kerjanya disana. Hingga nasib mengantarkannya menjadi penarik sepit di Sungai Mahakam, Pontianak dan bertemu dengan gadis peranakan cina yang menawan hatinya. Si gadis meninggalkan sepucuk surat bersampul merah yang menjadi awal cerita.

Cerita didukung oleh para sahabat ayahnya, Pak Tua, Andi, Ibu Borno, Koh Acong (Pemilik Toko Kelontong), Cik Tulani (Rumah Makan) dan Bang Togar (penarik Sepit). Mereka bisa meberikan sentuhan humor dan latar belakang yang berbeda-beda tak menghalangi persahabatan lintas suku yang mereka jalani. Didukung dengan kemunculan dokter gigi cantik bernama Sarah yang menjadi pemanis cerita karena juga gambaran wanita impian. Apalagi, hubungan Borno dan Mei selalu mengalami naik turun yang tak terjelaskan. Hingga, semua jelas di akhir cerita novel ini. Terutama sikap Mei yang terlihat sendu dan misterius. 

Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Pengambilan setting novel di Pontianak, interaksi dengan negara tetangga (Malaysia dan Brunei Darussalam) terekam apik. Masyarakat akan disuguhkan bagaimana sensasi menaiki sepit, di pulau yang terdiri atas banyak sungai. Banyak rumah penduduk yang berada di atas sungai, cerita kecil tentang sabun tetangga yang jatuh saat sepit lewat menggambarkan ilustrasi bagaimana masyarakat beradaptasi dengan alam dengan memanfaatkan sungai untuk kebutuhan cuci.

Untuk penggemar buku romantic, buku ini layak dibaca. Setting dan pemaknaan cinta yang beragam menjadi satu sudut pandang baru untuk pembacanya. Sedang kekurangan buku ini adalah, tokoh utama Borno, digambarkan sebagai manusia utama, yang hampir tanpa celah dosa. Terlihat sangat baik, tak memiliki sikap jahat. Sedang alur cerita, terlalu dipaksakan di beberapa bagian. Dan ternyata, Sarah dan Mei yang sama-sama menyukai Borno merasa memiliki hutang budi pada masa lalu yang membuat mereka berniat mencari Borno. Cerita cinta, seakan settingan yang dicari dan diharapkan oleh ketiga tokoh yang menjalin affair. Tak diceritakan tentang mantan pacar sarah, mei bahkan borno. Ending dibuat mengambang, sengaja supaya pembaca bisa melanjutkan khayal tentang cerita ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial