Kamis, 17 September 2015

SOCIAL MEDIA MISCOMMUNICATION PROBLEM AS ORGANIZATION MANAGEMENT CHALLENGES



JURNAL

PROBLEM MISKOMUNIKASI SOSIAL MEDIA SEBAGAI TANTANGAN MANAJEMEN ORGANISASI


Guna Memenuhi Persyaratan Latihan Kader II (Intermediate Training) Tingkat Nasional HMI Cabang Jogjakarta















Nama                                     : NURYANTI
Asal                                         : HMI Cabang Surakarta
No. Telepon                          : 0857 9095 4045

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
CABANG SURAKARTA
2015





SOCIAL MEDIA MISCOMMUNICATION PROBLEM AS ORGANIZATION MANAGEMENT CHALLENGES
NURYANTI

ABSTRACT
            This written report is talking about miscommunication in human comsumption of social media as reality in our daily life. People  usually talk  about we live in globalization era, that sign a cyber society. Not see the differrance of  place and time.  People from different place that so far-far away can get a good relationship and can do comunication vice versa. 
Globalization also take part in organization life. Globalization can change social relationship include in organization. In other hand, there are a paradoxical in our gadget and social media service. Sometimes we meet difficulties and late to understand well what sender information mean. Social media that people hope can help to manage communication in organization, sometimes  not send because of network disturbance and different interpretive and of course it is disturb the cycle and agenda in organization.
The aim of this written report are to know  how people consume social media service, the relation of social media communication to organization and telecommunication disturbance in organization cycle of life. As we know, technology influence in all of our life include in organization of people. The method of this research use qualitative approach and analyzed by descriptive method.  The collection of data using literature to manage and interprete data that related with the main focused problem.
The result that is a lot of people  addicted in social media as the proof of their existence. But also it is useful in organization agenda especially in communication. People get depend on the gadget and telecommunication service. But in other hand, telecommunication sometimes met disturbance.
Keyword : miscommunication, social media, communication, strategy of organization
Pendahuluan
            Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah mendorong manusia untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada setiap kegiatannya. (Murtiyasa, 4:2008). Manusia berlomba-lomba untuk meningkatkan teknologi informasi dan komunikasi, disisi lain manusia juga menjadi konsumen setia dari beragam produk IT yang dikembangkannya.
            Keberadaan IT tidak bisa dipungkiri adanya. Semua didasarkan pada asumsi-asumsi yang sudah dikenal, faktor-faktor penentu yang mungkin berperan, kemajuan dalam bidang ilmu serta keterbatasan manusia untuk mengatasi semua itu (Sulastomo, 110: 2000). Manusia sebagai makhluk sosial  membutuhkan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai bidang. Himpunan manusia membentuk masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Merujuk pada Koentjaraningrat merumuskan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. (Koentjaraningrat, 118:2009) .
            Keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi membawa pengaruh membentuk masyarakat dunia maya (cyber society) yang keanggotaannya bisa berasal dari berbagai belahan dunia. Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang lain menembus batas jauhnya tempat dan memangkas durasi waktu. Jika pada zaman dahulu, komunikasi menggunakan kentongan, burung merpati pos, layanan pos surat  yang menunggu waktu yang lama untuk mencapai tujuan, sekarang dengan keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi masyarakat dimanjakan dalam berkomunikasi.
            Keberadaan internet yang menghubungkan dunia menjadi tak terpisah, menawarkan aplikasi dan program yang memudahkan dalam berkomunikasi dan menampilkan eksistensi diri. Banyak layanan media yang coba dikembangkan, semisal tumblr, facebook, twitter. Aneka mailing list yang bisa digunakan untuk mengirim pesan teks seperti Whats App, Blackberry Messenger dan lain-lain. Berkomunikasi dengan ornag yang berbeda pulau, bahkan berbeda negara tak perlu menembus luasnya daratan dan lebarnya lautan, cukup dengan menelpon atau mengirimkan pesan teks via sms atau dengan aplikasi lainnya.
            Hal senada juga diungkapkan oleh Hairus Salim yang menuturkan bahwa teknologi membentuk gaya hidup dan kultur baru (Murtiyasa, 60:2008). Cara berhubungan antar manusia dalam aneka hal seperti berteman, belajar, bercinta, bahkan beragama pasti akan berbeda dengan jaman orang sebelum kita. Dia memberikan contoh tentang pengungkapan cinta, “aku cinta kamu” pada era sekarang tidak perlu berkeringat dingin dan bersusah payah, cukup dengan tulis apa yang hendak dinyatakan, sambil tidur-tiduran dan pakai celana pendek, nggak perlu mandi dan gosok gigi dan cukup tekan send dengan sekali pencet. Nyaris dengan usaha yang sangat minimal bisa mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin. Dan bila perlu mengirim ke beberapa orang, jika semisalnya ada peluang ditolak, masih ada yang lain yang bisa menjadi cadangan.
            Untuk mengenal karakter seseorang, kita dimudahkan dengan adanya akun sosial media yang dimiliki. Apa saja yang dia pikirkan, bagaimana dia mengelola emosi, bahkan sampai kumpulan koleksi foto juga bisa ditelisik tanpa yang bersangkutan menyadari. Hal ini dikarenakan sosial media sudah representatif dalam menampilkan sosok dan menggantikan diri sang pemilik akun.
            Teknologi dan media sosial juga dimanfaatkan kalangan organisatoris untuk berkomunikasi antar anggota ataupun dengan pihak organisasi lain. Komunikasi jarak jauh menjadi kebutuhan mengingat bahwa kendala kesibukan, jarak dan waktu menjadi penghambat dalam pertemuan organisasi dengan bertatap muka secara langsung. Apalagi dengan adanya banyak interseksi keanggotaan seserang dalam berbagai organisasi maupun pranata sosial. Hal ini tentu memerlukan komunikasi yang berkualitas, efisien, hemat waktu dan tenaga.
            Dalam organisasi manapun ada faktor kepemimpinan yang menjadi salah satu tolok ukur definisi organisasi. Keberhasilan kepemimpinan dalam organisasi bergantung pada kemampuan pemimpin , menjabarkan kebijakan/policy organisasi dan ide-ide sendiri ke dalam pengertian –pengertian praktis, yang bisa dipahami dan dapat dilaksanakan oleh para pengikut atau bawahannya. Maka dari itu, komunikasi yang efektif dan terbuka akan memudahkan penjabaran kebijakan tersebut; sekaligus juga memberikan fasilitas kelancaran kerja. (Kartono, 122:1992).
            Maka dari itu, dalam suatu organisasi apapun itu menuntut adanya faktor manajemen yang bagus dan kuat sebagai salah satu pilar berjalannya organisasi. G.R Terry dalam buku Principle of management menyatakan beberapa definisi orang lain, sebagai berikut :
a.       “the force that runs an enterprise and is responsible for its success or failure (kekuasaan yang mengatur suatu usaha, dan bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan daripadanya)”
b.      Management is the performance of conceiving and achieving desired results by means of group efforts consisting of utilizing human talents and resources (manajemen adalah pengelenggaraan usaha penyusunan dan pencapaian hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya kelompok, terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber daya manusia)”
c.       “management is simply getting things done through people (secara sederhana , manajemena dalah melaksanakan perbuatan-perbuatan tertentu dengan menggunakna tenaga orang lain)”

Masih mengutip pendapat G. R Terry menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi empat peristwa yang disingkat dengan P.O.A.C, yaitu :
1.      Planning (perencanaan)
2.      Organizing (pengorganisasian)
3.      Actuating (Penggerakan, aktualisasi)
4.      Control (pengawasan)
Dalam prinsip komunikasi dan manajemen kita nampaknya perlu untuk menengok Jepang. Modernisasi gaya Jepang tidak menampakkan kecenderungan ke individualisme. Juga tidak menampakkan wajah meningkatnya kejahatan. Bahkan sebaliknya, modernisasi di Jepang diwarnai dengan kegotongroyongan dan solidaritas.
Hal ini ternyata menumbuhkan masyarakat Jepang modern yang lebih efisien, seperti yang juga dikatakan oleh seorang diplomat Jepang, Ichiro Kawasaki, dalam bukunya Japan Unmasked, Jepang secara individual tampak tidak efisien, tetapi 10 ornag Jepang yang bekerja bersama akan lebih efisien dibanding dengan 10 orang lain dari negara manapun. (Sulastomo, 79: 2000)
            Maka tak bisa dipungkiri bahwa efisiensi bisa didapatkan dengan adanya organisasi yang teratur dan terencana. Dimana komunikasi yang lancar sangat menentukan dalam keberhasilan organisasi. Kadangkala komunikasi tidak bisa berlangsung dengan lancar. Komunikasi yang tidak lancar dapat menimbulkan banyak dampak buruk, antara lain :
1.      Timbulnya sentimen-sentimen, prasangka-prasangka dan ketegangan-ketegangan di kalangan anggota organisasi
2.      Memunculkan konflik-konflik diantara bermacam-macam tingkatan dalam organnisasi garis atau organisasi model piramidal

Kesulitan dan ketidaklancaran dalam komunikasi dapat disebabkan oleh :
1.    Faktor waktu, yaitu berbeda waktu berkumpul dan bekerja, shift work,
2.    Faktor ruangan bekerja dan belajar yang berbeda-beda,
3.    Sistem pembagian kerja dan tugas yang tidak memungkinkan semua anggota kelompok dapat bertemu bersama-sama (Kartono, 122:1992)

Masyarakat dan kalangan organisatoris dewasa ini sangat mengandalkan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju dan canggih. Mereka memiliki ketergantungan yang besar terhadap teknologi. Komunikasi yang menjadi kebutuhan manusia menjadi celah pasar yang sangat menggiurkan bagi produsen jaringan telekomunikasi.
Dasar Teori
Dasar teori ibarat pisau analisis  yang digunakan untuk membedah permasalahan. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah berdasarkan teori konsumsi Jean Boudrillard.  Mengingat bisnis komunikasi adalah salah satu kebutuhan vital sekaligus juga produk konsumsi yang menggiurkan bagi konsumennya, yakni masyarakat. Komunikasi sebagai kebutuhan adalah manifestasi dari sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial, dimana dia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya di dunia. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan kata lain, manusia tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri.
Jean Baudrillard (Reims, 20 Juni 1929Paris, 6 Maret 2007) adalah seorang pakar teori kebudayaan, filsuf, komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Perancis. Karya Baudrillard seringkali dikaitkan dengan pascamodernisme dan pascastrukturialisme. Ia merupakan seorang teoritisi sosial pasca-struktural terpenting. Dalam lingkup tertentu dekade 1980-an, Baudrillard dikenal sebagai McLuhan baru atau teoritisi terkemuka tentang media dan masyarakat dalam era yang disebut juga posmodern. Teorinya mengenai masyarakat posmodern berdasarkan asumsi utama bahwa media, simulasi, dan apa yang ia sebut "cyberblitz" telah mengkonstitusi bidang pengalaman baru, tahapan sejarah, dan tipe masyarakat yang baru(wikipedia.org)
Dari tahun 1986 hingga 1990 Baudrillard menjabat sebagai Direktur Ilmiah di IRIS (Institut de Recherche et d'Information Socio-Économique) di Université de Paris-IX Dauphine. Ia tetap memberikan dukungannya bagi Institut de Recherche sur l'Innovation Sociale di Centre National de la Recherche Scientifique dan merupakan seorang Satrap di Collège de 'Pataphysique hingga meninggal dunia. Pemikir yang satu ini teramat kontroversial seperti halnya para pemikir seangkatannya (Derrida, Foucoult, Lyotard). Jean Baudrillard lahir di Kota Reims, Perancis tahun 1929 – satu titimangsa penting tatkala krisis modernitas besar pertama terjadi (the Great depression), seperti yang dikatakannya sendiri. Orangtuanya adalah pegawai negeri sipil. Terdidik sebagai Jermanis, ia lantas mempelajari sosiologi dan menyelesaikan tesisnya di Universitas X Nanttere tahun 1966. Pada awal kariernya Baudrillard dipengaruhi oleh “kritik kehidupan sehari-hari” dari Henri Levebre. Beberapa penulis mengatakan ia juga banyak dipengaruhi oleh Nietzsche, Sigmund Freud, Jacques Lacan, Saussure, Levi Strauss, dan tentu saja "revolusi mahasiswa" pada Mei 1968 yang menggulingkan tahta Presiden De Gaulle. Tapi itu bukan berarti ia mengkaji secara mendalam sejarah apalagi sejarah ide-ide. Atau lebih tepatnya ia tidak memiliki persepsi historis tentang suatu peristiwa, dan sejarah pun cenderung ia ‘mitologisasikan’. Seperti diakuinya sendiri; I am not a historian. I do not have an historical perception of events. But I would say that I have a mystical reading of them and that history for me, would be a long narrative which I tend to mythologize. (wikipedia.org)
Metode Penelitian
Pendekatan  yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah pendekatan kualitatif yang cenderung menggunakan metode analisa deskripstif yaitu analisa untuk mengelola dan menafsirkan data yang diperoleh sehingga diharapkan dapat menggambarkan keadaaan yang sebenarnya dari objek yang dikaji. Teknik  pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan studi pustaka dengan mencari sumber pustaka yang relevan dengan permasalahan yang ingin dibahas berupa buku-buku, artikel dan sebagainya. Harapannya dengan studi pustaka bisa mengambil dan mengkaji teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang dibahas, berupa tinjauan, sintesis atau ringkasan kepustakaan tentang masalah penelitian.
Metode ilmiah itu dikendalikan oleh garis-garis pemikiran yang konseptual dan prosedural. Pemikiran konseptual itu berupa gagasan-gagasan orisinal dan pemikiran prosedural itu mulai dengan observasi dan percobaan, dan berakhir dengan pernyataan-pernyataan umum. (Brotowidjoyo 28  :1988)
Pembahasan
            Ritzer memberi pengantar pada buku Badrillard yang berjudul masyarakat konsumsi yang menyatakan bahwa Jean Boudrillard melihat adanya simulasi dalam objek diskusinya. Salah satu tipe yang disebutkan adalah gadget, salah satu objek, tak berguna, terbelakang, yang mensimulasikan satu fungsi tanpa memiliki acuan nyata dan praktis. Dengan demikian , gadget adalah bagian dari proses yang lebih luas (pertumbuhan objek yang tiada guna dan disimulasikan) yang mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Akibatnya, seluruh masyarakat dicurigai penuh dengan kemubadziran, artifisial dan kepalsuan. Lebih khusus lagi, kita bertindak dengan gadget secara absurd ketimbang secara simbolis dan utilitarian dan inipun, menjadi satu-satunya bagian dari proses yang lebih luas karena permainan yang mengundang rasa penasaran dengan berbagai kombinasi akan memberi ciri kepada lebih banyak lagi aspek masyarakat. Dengan kata lain, dunia semakn didominasi oleh simulasi dan kta direduksi dengan bermain-main dengan mereka ketimbang menggunakan mereka, atau mengkaitkan dengan mereka, secara simbolis. (Baudrillard, xxx:2011)
            Dengan kata lain gadget dan media komunikasi adalah simulasi dari percakapan dan pertemuan yang sebenarnya. Gadget adalah barang yang tanpa digerakkan oleh manusia tidak akan ada artinya. Dalam bahasa baudrillard gadget adalah objek yang hanya akan mempunyai aksi jika digerakkan oleh subjek yaitu manusia. Kita dianggap bertindak secara absurd, tanpa makna yang menggelikan karena menganggap gadget adalah segala-galanya. Karena hidup kita, dengan hanya melihat layar gadget seolah bisa melipat dunia dan bisa merasakan banyak pilihan hanya dari benda kecil yang berbentuk gadget. Masyarakat dicurigai mengkonsumsi gadget dan informasi yang didapatkan dengan kemubadziran yang artifisial dan penuh kepalsuan.
            Sekarang ini kita dihadapkan pada kelimpahruahan. Dimana barang-barang konsumsi membanjiri pasar. Imajinasi kita dikonstruksi lewat iklan yang menggiurkan. Imajinasi bagus dan indah yang terbentuk menggugah sebersit hasrat untuk memiliki produk barang konsumsi yang diiklankan. Masyarakat menjadi konsumen yang irasional. Mereka membeli barang bukan karena kebutuhan, tetapi karena iming-iming gengsi, ngetren dan mengikuti zaman. Begitupun dengan hardware teknologi informasi dan komunikasi yang selalu berubah tren dan semakin canggih. Masyarakat tergiur untuk membeli, apalagi dikemas dengan iklan menarik dan fitur yang canggih. Sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari orang yang mempunyai handphone dan smartphone yang lebih dari satu. Gadget sebagai media komunikasi dan informasi yang semula kebutuhan terkadang menjadi suatu barang koleksi.
            Masyarakat konsumsi tidak hanya ditandai oleh pertumbuhan yang cepat atas pengeluaran pribadi, tetapi juga dibarengi oleh pertumbuhan pengeluaran yang dimainkan oleh pihak ketiga (terutama administrasi) demi keuntungan pribadi dan yang ditujukan untuk mengurangi kesenjangan distribusi sumber daya alam. (Baudrillard, 21:2011). Saat seseorang menikmati smartphone, komputer, laptop dan gadget lain yang menjadi sarana mengakses teknologi informasi dan komunikasi  pasti dia akan mengeluarkan anggaran yang lumayan besar. Selain itu juga masyarakat harus dibarengi dnegan pertumbuhan pengeluaran yang dimainkan oleh pihak ketiga. Dimana dalam menikmati produk teknologi ada upeti yang harus dibayarkan untuk mendapat jasa informasi yang diinginkan. Yaitu dalam bentuk pulsa data, pulsa internet, pulsa telepon yang berbeda macam yang tentu memerlukan pos anggaran bagi sang pengguna. Pun begitu dengan sosial media yang banyak berkembang sekarang ini, menuntut masyarakat untuk mengikuti tren supaya tetap dianugrahi dengan gelar up to date dan tidak ketinggalan jaman.
            Masyarakat yang besar adalah masyarakat yang menggenggam akses pada infomasi dan komunikasi. Bahkan, semua kalangan masyarakat berlomba untuk memiliki gadget supaya bisa terlihat gaya. Kelimpahruahan informasi yang disajikan lewat sosial media menghasilkan kesadaran palsu. Seakan-akan terpuaskan padahal kekurangan. Seakan-akan makmur padahal miskin. Karena informasi yang disajikan terlalu melimpah, susah dipilah mana yang fakta dan mana yang hanya berita sampah.
            Pengetahuan dasar tentang “kebutuhan” berhubungan dengan pengetahuan dasar tentang kemapanan dalam mistik persamaan (Baudrillard, 44:2011).  Kemapanan identik dengan kelas borjuis dalam pembagian masyarakat menurut Karl Marx. Nalar borjuis akan subur di basis sosial individu dan komunitas yang mapan dan lahan-lahan borjuis untuk mempertahan kan borjuasi kelompok-kelompk borjuis dengan menegasikan para pembebas dan pejuang lemah yang sebenarnya. (Ridwan, 360: 2002).
            Dalam organisasi, peran sosial media sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi sangat penting adanya. Di satu sisi, ia adalah kebutuhan yang dianggap penting oleh masyarakat pegiat organisasi.  Sebagian besar pegiat organisasi adalah sektor kelas menengah ke atas (borjuis) yang sudah menyelesaikan proses urusan pribadi. Namun, teknologi yang dipuja-puja sebagai lambang seseorang telah beradab dan memasuki fase melek teknologi, juga mengandung sisi paradoks. Dimana, masih ada fenomena miskomunikasi yang dialami dalam kehidupan berteknologi.
            Fenomena miskomunikasi adalah fenomena yang menggejala yang menyebabkan terganggunya komunikasi. Bisa karena dari faktor operator penyedia layanan, perangkat keras yang hang karena terlalu lama dipakai, tidak mempunyai pulsa, faktor sinyal yang buruk dan sebagainya. Banyak hal yang bisa mengganggu kelancaran komunikasi terutama melalui media sosial. Terlebih jika diterapkan dalam suatu organisasi yang terdiri atas latar belakang yang beragam. Hal ini tentu sedikit merepotkan mengingat tidak semua orang memiliki perangkat yang stand by setiap saat. Pun, Tidak semua orang menyukai aktif di sosial media.
            Miskomunikasi dengan aneka sebab menjadi salah satu tantangan dalam implementasi manajemen organisasi berbasis TIK terutama sosial media. Dikarenakan, organisasi dalam manajemennya bisa memanfaatkan teknologi dan media sosial yang dipunyai oleh para anggota. Namun, harus ada batasan dimana pertemuan langsung face to face harus dilakukan. Mengingat, teknologi hanya mentransfer informasi dan nir emosi. Padahal kedekatan emosi antara satu orang dengan orang yang lain dalam organisasi sangat diperlukan.
Penutup
            Masyarakat konsumsi yang dianalisa oleh Jean Baudrillard adalah kenyataan yang harus dihadapi masyarakat. Konsumsi terutama konsumsi sosial media dan perangkat penunjangnya menjadi fakta sehari-hari yang tak terbantahkan. Bahkan, manajemen organisasi sudah mulai melirik pemanfaatan sosial media dalam prosesnya. Namun, pemanfaatan sosial media juga menemui paradoks dengan adanya miskomunikasi, baik karena gangguan telekomunikasi ataupun karena sedang perbedaan penafsiran antara pengirim dan penerima pesan.
            Pemakaian sosial media dalam kehidupan strategi manajemen organisasi hendaknya dilakukan dengan bijak. Mengingat efisiensi, sosial media bisa menjadi solusi. Namun, ada kalanya pertemuan rutin face to face harus ditradisikan dan dilestarikan. Mengingat dalam pertemuan rutin, manusia bisa menangkap emosi dan membangun kedekatan moral dengan sesama anggota organisasi.



Daftar Pustaka
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1988. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo
Ridwan, Nur Khalik 2002. Pluralisme Borjuis: Kritik atas Nalar Pluralisme Cak Nur. Jogjakarta : Galang Press
Murtiyasa, Budi dkk. 2008. ICT, Demokrasi dan Transformasi Sosial Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika
Sulastomo. 2000. Prediksi Perubahan Global. Jakarta: Penerbit Kompas
Kartono, Kartini. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Baudrillard diakses pada 9 Februari 2015
Baudrillard, Jean. 2011. Penerj Wahyunto. Masyarakat Konsumsi. Jogjakarta: Wacana Kreasi
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. 1985. Jakarta: Rineka Cipta





Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE CALON PESERTA
LATIHAN KADER II TINGKAT NASIONAL
HMI CABANG YOGYAKARTA
NAMA LENGKAP                           : NURYANTI
TEMPAT, TANGGAL LAHIR         : MADIUN, 30 DESEMBER 1994
ALAMAT                                           : DESA TULUNG RT 01/01 KECAMATAN SARADAN KABUPATEN MADIUN
ASAL CABANG                               : SURAKARTA
ALAMAT EMAIL                             : nuryantichan@gmail.com
ALAMAT FACEBOOK                    : Nuryanti
NO HANDPHONE                           : 0857 9095 4045
PENGALAMAN PENDIDIKAN    
SD                                                       : SDN TULUNG 02
SMP                                                    : MTs N TULUNG
SMA                                                   : MA FATWA ALIM TULUNG SARADAN
S1                                                        : PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PENGALAMAN ORGANISASI
INTERN HMI                                                : ANGGOTA
EKSTERN HMI                                 : STAF DIVISI JARINGAN DAN AKSI BEM FKIP UNS
                                                            ANGGOTA UKM PENALARAN LSP FKIP UNS
PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI
INTERN HMI                                                : LATIHAN KADER 1
EKSTERN HMI                                 : -
MOTTO                                              : WHERE THERE IS A WILL. THERE IS A WAY
SURAKARTA, 8 FEBRUARI 2015
HORMAT KAMI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial