Kamis, 11 Mei 2017

Perbincangan Panas di Twitter

Sering membuka Twitter dan mengetahui trending topic nya membuat aku jadi lebih selektif menyaring berita. Tidak terburu-buru menjustifikasi sesuatu. Malam ini tagar alias tanda pagar yang banyak digunakan adalah #LilinUntukAhok. Twitter panas, seperti dulu ketika tagar #BelaIslam yang berjilid-jilid itu dilaksanakan.

Begitulah, kita hidup di era kebanjiran berita dan informasi. Kita tahu dari berita tentang A,B,C sampai Z yang diinfokan oleh media. Kita tahu media, yang mana meskipun harus memenuhi standar kode etik jurnalistik juga melalui proses reinterpretasi dari wartawan, redaktur, dan kita sebagai pembaca. Reinterpretasi kita bisa saja benar, bisa saja kurang tepat.


Kehati-hatian dalam mengkonsumsi berita, harus kita miliki untuk menghindari terjadinya hate speech atau ujaran kebencian. Bisa jadi, ada reduksi dari media, karena tekanan media arus utama atau hal itulah yang diharapkan oleh penonton.

Menyikapi kasus Pilkada DKI yang notabene urusan politik dalam negeri Indonesia dan kasus penistaan agama surat Al-Maidah oleh Ahok, saya memilih untuk diam, menyimak, hingga bagaimana akhirnya. Ada banyak sekali yang kontra Ahok, menginginkan Ahok masuk penjara, diketok palu 2 tahun, penjaranya di Mako Brimob masih banyak yang nyinyir karena Mako Brimob terkenal dengan Gayus Tambunan yang dapat fasilitas ekstra.

Disisi lain, ada kelompok pro Ahok yang membuat tagar #LilinUntukAhok dibeberapa kota di 34 propinsi di Indonesia. Mereka bergerak atas nama HAM dan kebebasan berpendapat serta menginginkan tidak ada isu SARA yang dijadikan barang dagangan ujaran kebencian.

Kalau aku, tidak ikut kedua aksi itu. Biarlah Allah yang menghukumi tiap hamba-hamba-Nya. Hukum dunia bisa saja dipolitisir, bisa saja diobok-obok, bisa saja dibolak-balik sesuai keinginan dan pesanan, tapi Hukum Allah itu pasti datang dan menghukumi tiap umat-Nya tanpa terkecuali. 

Sesungguhnya kebaikan kepada seekor semut, ataupun hanya menyingkirkan batu dari jalanan, sudah dihitung amal kebajikan. Begitupun dengan keburukan, pasti juga akan mendapatkan balasan setimpal bagi siapa saja, tanpa pandang bulu, siapapun itu.

Aku memilih diam, karena tidak tahu akar permasalahan, menghindari hate speech atau ujaran kebencian, dan berusaha berbuat baik dalam lingkup kecilku. Demi apa? Demi ridho Illahi semata. Berharap kepada manusia, niscaya akan terluka, berharap kepada Allah semata, dan biarlah Ia yang mengatur segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial