Sabtu, 13 Mei 2017

Press Release SS#16

Press Release SS#16
Diskusi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim, Ruang Wiryo Widagdo Hotel Sunan Hari Minggu 18 Oktober 2015.

Kajian Risiko untuk pemenuhan hak dan perlindungan anak dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim


Anak sebagai komponen kerentanan dalam kajian kerentanan iklim
Materi sesi pertama diisi oleh Arif Wibowo, M. Sc selaku kasubdit identifikasi dan analisis kerentanan perubahan iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Terkait pembangunan dan perubahan iklim diperlukan upaya mitigasi untuk mencegah supaya perubahan iklim tidak terjadi secara signifikan.

Masyarakat bisa mengurangi pelepasan gas rumah kaca dengan berbagai cara sederhana. Seperti masak memakai api kecil-sedang, bangun pagi dan mematikan lampu lebih awal, membatasi penggunaan ac dan aksi kecil lainnya.

Namun, sistem kita belum mendukung perubahan menuju penghematan energi. Misalnya konstruksi bangunan kita yang dirancang full ac di perkantoran dan hotel. Belum lagi dengan aspek kultural masyarakat yang belum sadar hemat energi. Padahal setiap orang mempunyai tanggung jawab sosial. “everybody have responsibility”, tutur pak Arif.

Beliau mengajarkan aksi nyata hemat energi dengan meminta panitia mematikan sebagian lampu yang menerangi arena diskusi. Walaupun agak remang tapi tidak mengganggu jalannya diskusi. Walaupun tentu mengurangi kenyamanan para peserta. Seringkali kita tidak menyadari begitu banyak energi yang kita habiskan secara sia-sia.

Kaitannya dengan anak, anak harus diberikan pelajaran sejak dini untuk menghemat energi baik yang terbarukan ataupun tidak terbarukan. Tujuan utama PRB-API ini adalah pembangunan berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Pengembangan Kajian Risiko Iklim Fokus Anak-Studi Kasus Kota Surabaya
Materi sesi ini disampaikan oleh Perdinan, Phd peneliti dari departemen Geofisika dan meteorologi Fakultas MIPA-IPB Bogor.

Beliau menuturkan tentang peta iklim di Surabaya beberapa tahun yang mengalami perubahan dan kesiapan masyarakat dan jajaran pemerintah dalam menghadapi perubahan iklim.

Beliau menuturkan dalam setiap project penelitian harus ada target beneficiary. Jadi ada aspek kebermanfaatan dari penelitian yang kita lakukan bagi masyarakat luas. Dalam aspek Adaptasi Perubahan Iklim dan Pengurangan Resiko Bencana ada saling keterkaitan.

Bagi ilmuwan, data yang digunakan dalam analisis harus valid dan sesuai. Karena data akan menjadi acuan untuk membuat proyeksi perubahan iklim yang terdiri dari berbagai skenario.

Kejadian bencana yang sama dapat berakibat berbeda dikarenakan perbedaan kondisi kerentanan. Maka, masyarakat harus mendapatkan edukasi yang cukup mengenai kebencanaan untuk mengurangi kerentanan.

Kabupaten/Kota Layak Anak dalam konteks Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim

Sesi berikutnya adalah statement dari pelaksana di lapangan, khususnya di surabaya. Dengan pembicara adalah Agus Maryono dari Satlak PB dan Hestiana Iswari Guru SDN Sidodadi 2, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya.

Kota/kabupaten layak anak adalah aksi konkrit dari kelurahan tangguh. Untuk mewujudkan Kota Layak Anak banyak hal yang dilakukan oleh satlak PB dan pemerintah Kota Surabaya. Mulai dari koordinasi yang baik antar SKPD dan walikota, program inisiasi kampung arek suroboyo, dan di sekolah dengan Sekolah Siaga Bencana.

Menurut bu Hestiana Iswari sebagai guru SD, anak-anak juga harus dikenalkan dengan pengurangan resiko bencana. Yaitu dengan cara membuat tim Sekolah Siaga Bencana, membuat pelatihan kebencanaan secara berkala dan membuat jalur evakuasi jika terjadi bencana dan mensosialisasikan pada anak. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran bagi anak. 


Oleh : Nuryanti (sahabat Gapai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial