Sabtu, 13 Mei 2017

SS#22 Forum Masyarakat Adar dan Jurnalis

Press Release

SS#22 Forum Masyarakat Adar dan Jurnalis

Special Session Forum Masyarakat Adar dan Jurnalis ini adalah salah satu dari banyak rangkaian acara Peringatan Bulan Pengurangan Resiko Bencana Nasional 2015. Acara SS#22 diadakan pukul hari Sabtu13-17, hari Sabtu 17 Oktober 2015. Acara terselenggara di ruang Wiryo Widagdo 1, The Sunan Hotel Solo, Jawa Tengah. Acara didukung oleh Perhimpunan Skala, Aliansi Masyarakat Adar Nasional, Aliansi Jurnalis Independen, Planas PRB dan Disaster Channel.

Sinergi Masyarakat Adat bagi Penanggulangan Bencana

Sesi pertama diisi oleh Anas Radin Syarif (direktur Dukungan Komunitas Deputi Sekjen AMAN Bidang Pemberdayaan dan Pelayanan Masyarakat Adat) dan Rohani Inta Dewi dari Perempuan AMAN.

Mas Anas menyampaikan bahwa masyarakat adat harus diakui hak asasinya seperti warga negara yang lain. Terkait dengan pengelolaan alam, masyarakat adat mempunyai motivasi yang kuat untuk mengelola sumber daya alam. Bagi masyarakat adat, bumi adalah ibu, hutan adalah nafas dan air adalah darah bagi masyarakat adat.

Permasalahan umum yang dihadapi oleh masyarakat adat adalah pendatang yang masuk ke wilayah mereka, kerusakan lingkungan akibat perkebunan kelapa sawit, pemiskinan dan kemiskinan dan pelanggaran HAM. Masyarakat adat memiliki kerentanan dalam permasalahan lingkungan dan bencana yang terjadi, namun di sisi lain mereka memiliki kearifan lokal yang bisa menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.

Mas anas juga menepis anggapan yang beredar bahwa masyarakat adat melakukan pembakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Masyarakat adat menganggap bahwa hutan adalah napas mereka, dan mustahil mereka malah merusak hutan. Mengenai kabut asap, peserta diskusi dari Kalimantan Barat mewakili komunitas dayak menyampaikan bahwa penyebab kabut asap adalah di perkebunan kelapa sawit,  tanah gambut kering dibakar yang menyebabkan asap di mana-mana.

Sedangkan Rohani Inta Dewi dari Perempuan AMAN, sayap organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nasional menekankan peran sentral perempuan dalam menjadikan keluarga tangguh bencana. Perempuan memiliki kerentanan yang tinggi dalam menjadi korban dibanding laki-laki dengan prosentase 4:1. Perempuan adat menjadi penjaga dan penyimpan pengetahuan tentang kebencanaan dan kearifan lokal. Maka dari itu, perspektif perempuan dalam penanganan kebencanaan harus dilakukan untuk menekan jumlah korban jika terjadi bencana.

Rekomendasi dari acara diskusi adalah mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas pelaku kebakaran hutan yang menyebabkan bencana kabut asap di Kalimantan dan Sumatra, mendesak pemerintah mencabut Hak Guna Usaha perusahaan yang menyebabkan wilayah masyarakat adat semakin menyempit, menghargai kearifan lokal masyarakat adat dalam penanggulangan bencana, menggunakan pendekatan kultural dengan memakai bahasa setempat dalam sosialisasi pengurangan resiko bencana, memberi kesempatan berserikat dan berkumpul bagi masyarakat adat dalam menggalang kekuatan.

Sinergi Media bagi Penanggulangan Bencana

Pemapar materi adalah Trinirmalaningrum, praktisi media sekaligus sekjen Platform Nasonal PRB.  Pemapar materi menyampaikan bahwa media memiliki dua kecenderungan yang harus dicapai yakni sebagai industri harus mencari untung dan menyampaikan informasi yang penting dan harus diketahui masyarakat.

Media dalam pelaporan bencana dikritik karena terkadang tidak manusiawi, dengan menamplkan foto-foto tragis yang menyalahi kode etik demi berita yang sensasional. Wartawan media massa baik cetak maupun elektronik harus mengasai materi kebencanaan didasarkan pada kode etik jurnalisme.
Pemateri juga mengkritik rekening amal yang sering ditayangkan oleh televisi dalam running text. 

Media tidak boleh menggalang dana karena tidak jelas akuntabilitasnya, tidak jelas disumbangkan pada siapa, pelaporannya bagaimana, jumlah uang keluar masuk berapa dan sebagainya. Berbeda jika ada organisasi amal yang bertanggung jawab dan media hanya memberikan info, itu boleh dilakukan.
Pemateri juga memaparkan bahwa dampak bencana dapat dikurangi jika tersedia informasi yang akurat, tepat dan terkomunikasikan kepada masyarakat. Dalam hal ini Planas, Tempo dan BPBD membangun early warning system berbasis web dengan membuat link disaster channel. Disaster channel adalah portal berita yang tidak bikin panik masyarakat dan memberikan penyuluhan mengenai bencana.

Oleh : Nuryanti (Sahabat Gapai)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial