Senin, 05 Juni 2017

KEMATIAN KURA-KURA

Hari ke 11 Ramadhan. Pagi jam 6 selesai tadarus Al-Qur’an, aku biasa memandikan kura-kura, menyemprot kaktus dan menyirami tanaman. Ke kamar, ambil akuarium kura-kura dan kutemukan ia sudah mengambang. Terbersit dalam pikiranku, jangan-jangan dia sudah meninggal.

Kubawa ke lantai depan kamar, kugoncang-goncang akuariumnya, dan tak bergerak. Aku mengabari yang sudah melek dipagi ini. Mbak kusnul dan acip. Acip malah tertawa gembira. Ah dasar.

Padahal si Kokom, nama kura-kura itu. ia adalah hadiah sidang skripsi dari Winda, dan salah satu hadiah yang paling kusukai karena lucu. Aku sering main ke kamarnya Winda untuk nengok kura-kuranya. Untuk hadiah, ia membelikanku kura-kura. Memelihara kura-kura adalah hal baru bagiku. Ia memberiku makanan ikan yang bisa digunakan untuk makan kura-kura juga.

Sehari setelah sidang, aku dan Winda ke pasar ikan untuk beli akuarium dan hiasannya. Jadiah si kura mejeng dengan cantiknya di akuarium. Hiasannya ada lubang tempat sembunyi juga, cocok lah untuk si kura.

Sejak awal, si kura hobi keluar dari akuariumnya, pernah ia hilang dan ternyata nyelip di bawah kasur. Jangkauannya luas. Saat aku ke Madura, ia dirawat teman-temanku dan katanya ia pingsan, karena hobi keluar dan kelamaan tidak kena air.

Teman-teman inisiatif menutupkan buku diatas akuariumnya dan diberi sedikit celah untuknya bernafas supaya tidak keluar-keluar.

Saat aku pulang, aku merawatnya dengan sayang. Hampir tiap hari airnya kuganti karena gampang keruh/ buthek. Padahal kata Winda, gak perlu tiap hari diganti. Takut dia stress dan bingung terombang-ambingkan gelombang air.

Pernah suatu kali, ia kujemur di pagi hari. Supaya mendapat asupan vitamin D, tidak kututup atas biar ia bebas bernafas dengan udara pagi yang sejuk. Aku meninggalkannnya tanpa pengawasan, agak lama, aku ke lantai 2.

Aku tengok ia sudah tidak ada, ternyata terjun bebas ke lantai dua dan dirawati winda, dimasukkan ke akuarium kura-kuranya winda. Bersyukur ia masih selamat, tapi tidak banyak gerak. Aku merasa bersalah padanya. Beberapa hari kemudian aku masih rutin memberi makan dan memandikannya.

Kemarin sore ia sudah kumandikan. Saat kutengok paginya ia sudah tidak bernyawa, ada pup nya juga. Airnya masih bening. Ada beberapa analisis penyebab kematian si kura-kura.
1.     Dari Acip. Menurut acip mungkin saja ia pendarahan dalam atau syok karena jatuh dari lantai 3 ke lantai 2. Acips pernah memelihara cupang dan jatuh dari atas lemari, ditemukan mati juga.
2.    Dari Eka (D3 Kebidanan UNS) : tidak ada yang tahu kapan kita mati, bayi aja ada yang mati bahkan di kandungan.
3.    Dari Uswa. Mungkin efek sering kuganti namanya. Dari awalnya mey mey jadi kokom. Kan ada tho anak kecil yang sakit-sakitan, diganti namanya eh sembuh.
4.    Mungkin aku telat kasih makan, atau air yang kuganti masih terkontaminasi air sabun.
Entahlah, yang jelas kehilangan peliharaan menyebabkan kesedihan untukku. 20 hari sudah terlewati dengan ada ia yang kurawat tiap hari. Dan sekarang ia sudah pergi ke alam lain.


Aku menguburkan di taman ibuk sama acip, kukasih nisan batu putih dan kutabur bunga putih. Semoga engkau bersenang-senang di kehidupan akhirat sana, kura-kuraku.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial