Senin, 09 Januari 2017

Pelajaran Kehidupan

Beberapa hari yang lalu saya menerima kabar bahwa seorang kenalan meninggal akibat digigit ular di hutan. Saya mengenal Pak S, korban gigitan ular tersebut dari Bapak, ayah saya sendiri. Bapak adalah seorang pedagang arang yang sering membeli arang lantas menjualnya di daerah Kota Madiun dan sekitarnya. Pak S adalah salah satu pemasok arang yang dahulu menjual arangnya ke bapak.
Ada dua jenis penjual arang ke bapak saya. Arang pikul dan arang motoran. Arang pikul adalah dengan memikul arang di sebuah pikulan dan meletakkan beban di pundak manusia. Otomatis hanya dua karung arang yang bisa dibawa. Beberapa tahun belakangan, ketika teknologi motor sudah merajalela hingga ke sudut-sudut pedesaan arang pikul sudah mulai jarang, bahkan tidak pernah lagi ditemui.
Pak S adalah orang yang saya kenang sebagai seorang penjual arang pikul. Masih terngiang di benak saya, beliau adalah orang yang murah senyum, punya selera humor tinggi, suka ngobrol dan cerita, berperawakan tinggi, dengan badan kurus namun tegap berotot, sering bertelanjang dada dan keringat berleleran di seluruh badannya karena memikul arang dengan menempuh jarak puluhan kilo demi memberi nafkah keluarga. Saya seringkali diminta bapak atau ibu untuk membuatkan segelas kopi untuk beliau, atau juga untuk penjual arang lainnya. Menghidangkan segelas kopi atau kadang membeli gorengan ke warung tetangga sering kulakukan demi menghormati tamu yang datang, siapa saja.
Beberapa tahun terakhir, saya tidak pernah bertemu dengan Pak S ataupun penjual arang pikul lainnya. Mungkin karena faktor usia yang tak lagi muda dan bisa jadi menitipkan arang buatannya ke anak atau tetangga untuk menjual menggunakan motor untuk bisa sampai ke penjual arang tingkat dua, seperti bapak. Membuat arang adalah proses yang sangat sulit, karena harus menemukan kayu  besar untuk bakal arang, menggali lubang yang cukup besar untuk pembakaran, belum lagi proses pembakaran yang berhari-hari tidak bisa instan. Setelah arang jadi harus mendistribusikannya supaya bisa dapat uang, dari gubuk di hutan ke pedesaan menempuh berkilo-kilo meter untuk dijual.
            Kronologis kecelakaan yang membawa maut pada Pak S adalah karena mata pencaharian Pak S berburu aneka hewan hutan, seperti sliro, garangan, kijang dan trenggiling. Pada hari naas itu pak S memburu seekor garangan yang masuk ke dalam lubang. Karena keahlian berburu yang baik, garangan bisa dikeluarkan dari lubang. Saat mengecek lubang, mungkin menggunakan galah dirasakan masih ada empuk-empuk di dalam lubang, Pak S lalu mengulurkan tangannya ke lubang untuk mencari tahu.
            Ular yang berdiam di dalam lubang menggigit tangan pak S. Pak S menarik tangannya dan si ular masih  menempel dengan eratnya di tangan. Alhasil Pak S meraih sebuah belati atau parang untuk menebas tubuh si ular. Badan ular tertebas, dan kepala ular dicerabut paksa dari tangan Pak S. Alhasil, ular mati dan Pak S masih berjuang melawan racun yang disemprotkan ular ke tubuhnya.
            Kisah ini diceritakan Lek Man, adik Pak S yang menjual arang menggunakan motor ke rumah kami. Tragis, karena sebagai adik Pak S, Lek Man baru diberi tahu sekitar magrib, kurang lebih jam 18.00. sedangkan waktu kejadian sekitar jam 9 pagi. Lek Man lantas marah kepada anak-anak Pak S yang tidak segera memberikan pertolongan pertama. Pak S segera dibawa ke rumah sakit RSUD Caruban oleh Lek Man dan keluarga. Tim dokter bergerak dan mengangkat tangan tanda menyerah karena racun telah menyebar. Pukul 01.00 dinihari Pak S dinyatakan tutup usia. Badan Pak S menghitam akibat racun dan mengeluarkan darah di hidung dan telinganya. Tanda bahwa racun dari bisa ular telah merusak seluruh jaringan tubuhnya.
            Inilah takdir dan jalan hidup Pak S sebagai manusia. Ajal kini telah menjemputnya, hanya doa yang bisa kita persembahkan untuk beliau. Namun, dari kisah nyata ini bisa kita tarik hikmahnya. Setidaknya kita harus belajar memahami kondisi orang yang sakit. Kita harus tanggap untuk segera memberi pertolongan pertama atau membawa ke rumah sakit kepada orang yang keracunan atau terkena bisa ular. Kita bisa melihat bahwa Pak S memiliki daya tahan tubuh yang kuat, bisa bertahan hampir 16 jam setelah digigit ular. Tidak semua orang bisa memiliki daya tahan tubuh sebesar itu. andai pertolongan segera diberikan, besar kemungkinan Pak S bisa diselamatkan.

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial