Minggu, 30 April 2017

Skincare Center Product or Drugstore Product

Kalau aku memilih untuk menggunakan drugstore product. Belum pernah mencoba perawatan dokter seperti N***sha, La***a, N***green ataupun yang lainnya. Kalau ke tempat perawatannya sering, nganterin teman buat beli produk. Kalau nemenin facial belum pernah, katanya sih lebih lama.

Pengalaman mengantar teman beli krim memberikan gambaran suasana ketika mau perawatan ke skincare center. Temenku Cuma beli krim ya Allah, itu antrinya lumayan. Belum lagi kalau mau facial atau konsultasi dokter, bisa jadi antrinya lebih lama. Ini baru Solo ya men, belum kota besar lainnya.

Jadi kalau mau pakai skincare center product harus punya agenda waktu khusus untuk perawatan, mulai dari antrinya hingga selesai acara bersyantik-syantik ria. Punya waktu enggak? Atau menyempatkan waktu tidak?

Dari segi harga juga harus kita pertimbangkan, karena tiap skincare center punya tarifnya masing-masing. Begitupun dengan skincare drugstore product, juga ada tarif yang bervariasi.

Jika dari hal cocok atau tidaknya nanti ada panduan dan konsultasi dengan dokter ahli kecantikan, diberi resep apa yang kamu inginkan. Yang utama sih, krim siang, krim malam, toner dan facial wash. Gak beli lengkap gak papa, gak ada yang marahin kok. 

Kalau produk yang bisa beli ditoko, gak bisa dicobain kak. Jadi ya beli, resiko cocok atau tidak, terpakai hingga habis atau tidak, itu sudah jadi konsekuensi karena beli. Gak ada jaminan dari siapapun kamu bakalan cocok sama produk A.


Bagaimana cara repurchase product, atau beli lagi kalau sudah habis. Ini juga penting. Kalau sudah cocok, eh ternyata beli lagi gak available, kan bikin anyel. Semua pilihan mengandung konsekuensi, jadi dipikirkan matang-matang yaa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial