Kamis, 09 Mei 2019

Refleksi malam kelima Ramadan 1440 H

Malam berjubah hitam, ditemani bulan sabit terang menyala serta taburan bintang gemintang. Biasanya jam segini sudah tidur. Entah kenapa di malam kelima ramadhan ini malah tersasar scroll Instagram beberapa kenalan, mulai dari kakak kelas, teman seangkatan waktu kuliah hingga dosen yang ternyata malah belum saya follow back. Ini karena murni tidak tahu sebelumnya.

Setelah hampir dua tahun lulus dan tidak berdomisili di Solo, berpisah dengan kawan dan sahabat, banyak yang sudah bertransformasi atau berubah. Semua bisa dilihat dari jejak digital mereka di Instagram yang merupakan aplikasi must install on di tiap gadget.

Kebanyakan menampilkan jejak tempat mana saja yang mereka kunjungi selama ini. Ada yang menampilkan kegiatan sehari-hari. Ada pula yang menampilkan cover lagu, ataupun cover dengan alat musik.

Dan, baru saya sadari, seorang bapak dosen yang bersahaja dan baik hati, memfollow akun Instagramku, dan belum ku follow back. Pada kesempatan malam ini baru ku follow back, saya merasa sudah sangat out of date atau (ketinggalan zaman) karena jarang mengakses aplikasi yang sedang tren beberapa tahun belakangan ini. Penyesalan mendalam, seolah saya orang angkuh yang tak tahu diuntung.

Hal ini ditengarai oleh beberapa hal. Masa-masa sulit pasca lulus salah satu diantaranya, juga lantaran handphone yang saya gunakan sudah termasuk jadul (meskipun sudah android), ukuran ram satu giga, yang memaksa saya hanya menanamkan aplikasi WhatsApp untuk percakapan teks sehari-hari dan wps office untuk membuka file dokumen yang berhubungan dengan pekerjaan. Sekitar 5 tahun saya akrab dengan handphone lama merk Lenovo A328, yang meski sering memory penuh, sinyal susah dan sulit mendownload, tapi jarang rewel dan tentu hemat kuota.

Keinginan untuk berganti hp terpendam sejak lama. Yang saya lakukan adalah menabung sebagian gaji sambil menunggu momentum untuk ijin orang tua. Bagaimanapun, orang tua adalah tipe konservatif, yang melihat pembelian barang dari segi nilai guna, bukan dari nilai estetika dan tuntutan zaman. Hingga akhirnya hp lama rusak sedikit pada bagian charger yang lama dalam mengisi daya.

Kesempatan saya mengupgrade handphone dengan Oppo A5s yang lebih baik spesifikasinya. Install beberapa aplikasi yang saya inginkan dan butuhkan menjadi lebih mudah.

Dulu, Saya yang mulai nyaman dengan rutinitas harian, menerima pola kehidupan yang statis, dengan instagram melihat lagi perkembangan orang-orang yang dulu pernah saling sapa dan berbagi ketika di bangku perkuliahan.
mereka memiliki kehidupan yang dinamis,  serta prestasi yang beraneka warna. Prestasi akademis, prestasi karir, prestasi romansa dengan membentuk mahligai perkawinan, prestasi sosial dengan aktivitas organisasi dan komunitas, prestasi literasi dengan menerbitkan buku. Betapa hidup mereka jauh berwarna dan sempat terdokumentasikan.

Bukan hendak ingkar terhadap nikmat Tuhan. This two years, banyak hal yang terjadi dalam kehidupan tiap insan. Include saya didalamnya. Proses menemukan kembali who am i, Proses menjadi keluarga besar SMA N 1 Mejayan, mengajar di kelas sosiologi, menjadi pembina ekstra PIK Remaja, menjadi juri lomba dakwah dalam rangka isra' mi'raj, tamasya bersama keluarga besar SMA N 1 Mejayan ke Jatim Park 2, studi kolaborasi kelas X ke Sangiran dan Mangkunegaran, mendampingi siswa lomba pemilihan duta genre, menghadiri beberapa walimahan teman, hadir di pengajian, mengaji di mushola Al Hikmah, menjadi guru les untuk anak-anak SD, mencoba berbagai resep baru, membaca buku-buku fiksi dan pelajaran Sosiologi, sakit tipes beberapa Minggu, semua seperti mozaik kehidupan yang terangkai untuk saya dua tahun ini.

Namun, bukankah hari esok harus lebih baik dari hari ini maupun hari kemarin? Ya, saya harus memacu semangat saya. Bukan menggunakan standar pencapaian orang lain, yang ada malah iri hati. Tapi menaikkan standar kinerja diri sendiri untuk mencapai kebahagiaan dan kebermanfaatan untuk orang lain.

Teringat obrolan dengan cimut sewaktu mengaji di mushola tadi, dulu sewaktu saya telling story' di panggung dengan boneka tangan (sewaktu Mts atau MA), yang memotivasi nya untuk belajar bahasa Inggris. Kenangan dan cerita apa yang kubawakan kala itu sudah lupa, tapi terkenang di ingatan orang lain, dan memotivasinya membuat saya merasa berharga.

Tentu ada masa ketika ingin seperti orang lain. Prestasi dalam beberapa indikator pencapaian kehidupan manusia yang belum tercapai. Menikah misalnya.

Menemukan seseorang yang tepat, seperti suatu misteri illahi. Allah tahu waktu terbaik untuk tiap rezeki, jodoh dan maut tiap insan. Bukan pasrah, tapi berfokus pada kesempatan memperbaiki diri, berkarya dan bermanfaat untuk orang lain. Sembari selalu berdoa, yang terbaik diantara yang baik-baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kelompok Sosial